Kamis, 17 September 2009

Hakikat Pengusiran Iblis dari "Jannah" oleh Allah Swt.


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

   

KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN

   Hakikat  Pengusiran Iblis dari "Jannah" Oleh Allah Swt.
  
oleh 

Ki Langlang Buana Kusuma


Bertolak belakang dengan keadaan hamba-hamba Allah Ta’ala yang keadaannya seperti shalshalin kalfakhkhar (tanah liat kering seperti tembikar bakaran) tersebut, sebaliknya keadaan akhlak dan ruhani para penentang Adam (Khalifah Allah - nabi Allah) -- akibat ketakaburan mereka -- keadaannya semakin rusak dan indera-indera ruhani mereka pun semakin lumpuh kemampuannya, sehingga bagaimana pun banyaknya serta jelasnya Tanda-tanda Allah -- termasuk mukjizat dan karamah -- yang diperlihatkan para nabi Allah dan wali Allah kepada mereka, sehingga mereka benar-benar mengalami nasib buruk seperti iblis, yakni telah diusir Allah Ta’ala dari “surga keridhaan-Nya."
Berikut adalah firman Allah Ta'ala kepada Nabi Besar Muhammad saw. mengenai salah satu contoh keterusiran orang-orang tertentu dari surga keridhaan Ilahi yang sebelumnya mereka berada di dalamnya serta menikmatinya:
Dan ceritakanlah kepada mereka kisah orang-orang yang telah Kami berikan kepadanya Tanda-tanda Kami, lalu ia mele­paskan diri darinya, maka syaitan mengikutinya dan jadilah ia di antara orang-orang yang sesat, padahal jika Kami meng­hendaki niscaya Kami meninggi­kannya dengan [Tanda-tanda] itu, akan tetapi ia cenderung ke bumi (dunia) dan mengikuti hawa nafsunya, maka keadaannya seperti seekor anjing kehausan, jika engkau menghalau­nya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia menjulurkan lidahnya. Demikianlah tamsilan (perumpamaan) orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami. Maka kisahkanlah kisah ini supaya mereka merenungkan. Amatlah buruk keadaan orang-orang yang mendustakan Tanda-tanda Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. Barangsiapa kepadanya Allah memberi petunjuk maka dialah yang mendapat petunjuk. Dan barangsiapa Dia sesatkan maka mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan, sungguh Kami benar-benar telah menciptakan untuk Jahan­nam banyak di antara jin dan ins (manusia). Mereka mempunyai hati tetapi mereka tidak mengerti dengan itu, dan mereka mempunyai mata, tetapi mereka tidak melihat dengannya; dan mereka mempunyai telinga, tetapi mereka tidak mendengar dengannya. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat. Mereka itulah orang-orang yang lalai (Al-A’raaf [7]:176-180).
Yang dimaksudkan di sini bukanlah seseorang tertentu melainkan semua orang yang kepada mereka Allah Ta’ala memperlihatkan Tanda-tanda atau mukjizat melalui seorang nabi Allah tapi mereka mendustakannya. Ungkapan semacam itu terdapat di tempat lain dalam Al-Quran, firman-Nya:
Keadaan mereka seperti seorang yang menyalakan api, dan tatkala api itu telah menyinari apa yang ada di sekelilingnya maka Allah melenyapkan cahaya mereka dan membiarkan mereka dalam kegelapan, mereka tidak dapat melihat (Al-Baqarah [2]:18).
Berikut firman Allah Ta'ala tentang keadaan orang-orang yang mendustakan Rasul Allah sekali pun berbagai macam Tanda (mukjizat) telah diperlihatkan secara jelas kepada mereka:
Dan apakah orang yang tadinya mati lalu Kami hidupkan dia dan Kami jadikan cahaya baginya, ia berjalan dengan cahaya itu di tengah-tengah manusia, seperti keadaan orang yang berada di dalam kegenapan, tak dapat keluar darinya? Demikianlah telah ditampakkan indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan. Dan demikianlah Kami menjadikan di tiap negeri pendosa-pendosa besarnya supaya mereka mengadakan makar (tipu-daya) di dalam negeri itu. Dan mereka tidak melakukan makar (tipu-daya) melainkan terhadap diri mereka sendiri tetapi mereka tidak menyadari. Dan apabila datang kepada mereka suatu Tanda, mereka berkata, "Kami tidak akan pernah beriman sehingga kami diberi seperti apa yang telah diberikan kepada rasul-rasul Allah!" Allah Maha Mengetahui dimana Dia menempatkan risalat-Nya. Pasti akan ditimpakan kehinaan dari sisi Allah kepada orang-orang yang berdosa dan azab yang sangat keras disebabkan mereka telah melakukan makar (tipu-daya). Maka barangsiapa yang Allah menghendaki supaya diberi petunjuk kepadanya Dia membukakan dadanya untuk Islam. Dan barangsiapa yang Dia menghendaki supaya Dia membiarkannya sesat, Dia menjadikan dadanya sangat sempit, seakan-akan ia sedang naik ke langit. Seperti itulah Allah menimpakan azab kepada orang-orang yang tidak beriman [kepada rasul-Nya] (Al-'An'aam [6]:123-126).
Firman Allah Ta'ala (Qs.7:176-178) telah dikenakan secara khusus kepada seorang yang bernama Bal'am bin Ba'ura yang menurut kisah pernah hidup di zaman Nabi Musa a.s. dan konon dahulunya ia seorang wali Allah, namun kesombongan merusak pikirannya dan ia mengakhiri hidupnya dalam kenistaan. Ayat itu dapat juga dikenakan kepada Abu Jahal atau Abdullah bin Ubbay bin Salul atau dapat pula kepada tiap-tiap pemimpin kekafiran yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka.
Yalhats dari lahatsa, yang berarti nafasnya tersengal-sengal karena kelelahan atau kepenatan, maksudnya ialah, baik diminta ataupun tidak untuk berkurban pada jalan agama, orang semacam itu nampaknya terengah-engah seperti seekor anjing kehausan, seakan-akan beban pemberian pengurbanan yang terus menerus bertambah membuatnya amat penat sekali.
Sehubungan dengan ayat Qs.7:180, huruf lam di sini adalah lam 'aqibat, yang menyatakan kesudahan atau akibat. Dengan demikian ayat ini tidak ada hubungannya dengan tujuan kejadian manusia melainkan hanya menyebutkan kesudahan yang patut disesalkan mengenai kehidupan kebanyakan ins (manusia) dan jin (kata jin itu juga mempunyai arti golongan manusia yang istimewa, yakni, penguasa-penguasa atau pemuka­-pemuka atau orang-orang besar). Dari cara mereka menjalani hidup mereka dalam berbuat dosa dan kedurhakaan kepada Allah Ta’ala nampak seolah-olah mereka telah diciptakan untuk masuk neraka jahannam.
Sehubungan dengan pengusiran dari “surga keridhaan” Allah Ta’ala tersebut, berikut adalah tekad Iblis dalam melakukan penentangannya terhadap Adam dan para pengikutnya, firman-Nya:
Dia berfirman, "Maka pergi­lah engkau darinya, karena tidak patut bagi engkau berlaku sombong di dalamnya. Keluarlah, sesung­guhnya engkau termasuk di antara orang-orang hina." Ia berkata, "Berilah aku tangguh sampai hari mereka akan dibangkitkan.” Dia berfirman, "Sesung­guhnya engkau termasuk orang-orang yang diberi tangguh." (Al-A’raaf [7]:14-16). Lihat pula Qs.15:35-37; Qs.38:78-80.
Oleh karena tidak ada kata-benda disebut-sebut dalam ayat ini yang dapat dianggap lebih ditampilkan oleh kata pengganti ha (nya) dalam ungkapan minha (darinya), maka kata-pengganti itu -- “pergilah engkau darinya” -- dapat diartikan menyatakan ihwal (keadaan) iblis sebelum ia menolak sujud kepada Adam a.s., yakni iblis terusir dari “surga keridhaan Ilahi” yang sebelumnya ia nikmati, atau bahkan terusir dari berbagai karunia Ilahi yang sebelumnya ia nikmati, sebagai lazimnya seorang yang memperoleh qurub Ilahi (kedekatan dengan Allah Ta’ala), sebagaimana yang dialami oleh Bal’am bin Baura (Beliem bin Beor) -- seorang wali Allah -- sebelum ia kemudian menjadi penentang Nabi Musa a.s. (Qs.7:176-178 & 183; Qs.8:53-55).
Kebangkitan yang disebut dalam ayat ini bukan Kiamat Besar (Kiamat Kubra) umat manusia yang ditakdirkan untuk menjelang alam akhirat, melainkan kebangkitan ruhani manusia atau keadaan pada saat alam-sadar ruhaninva telah sepenuh-penuhnya berkembang.

Berbagai Cara Iblis Menghadang di Jalan Allah

Iblis hanya dapat membawa ke jalan kesesatan selama manusia secara ruhani belum dibangkitkan. Tetapi begitu ia mencapai martabat ruhani yang tinggi -- sebagaimana dikenal dengan istilah baqa (kelahiran kembali) -- maka iblis tidak dapat mencelakakannya (Qs.17: 66), firman-Nya:
Ia berkata, "Disebabkan Engkau telah menyatakan aku sesat maka pasti aku akan duduk menghadang mereka di jalan Engkau yang lurus, kemudian pasti akan kudatangi mereka dari depan mereka, dari belakang mereka, dari kanan mereka dan dari kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka yang bersyukur." Dia berfirman, "Ke­luarlah darinya [dalam keadaan] terhina dan terusir. Sesungguh­nya barangsiapa dari antara mereka akan mengikuti engkau, niscaya akan Aku penuhi Jahannam dengan kamu sekalian." (Al-A’raaf [7]:17-19). Lihat pula a(15 : 40; 38 : 83). b(11 : 20; 15 : 43. 44; 32 : 14; 38 : 86.)
Mengenai ancaman iblis untuk melakukan penghadangan di jalan Allah tersebut dijelaskan pula dalam firman-Nya berikut ini dengan lebih terinci lagi cara-caranya:
Dia berfirman, "Pergi­lah! Maka barangsiapa dari antara mereka mengikuti engkau niscaya jahannamlah balasan bagi kamu sekalian, suatu balasan yang penuh. Dan bujuklah siapa dari antara mereka yang engkau sang­gup membujuk dengan suara engkau, kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda engkau dan pasukan berjalan-kaki engkau dan berserikatlah dengan mereka dalam harta dan anak-anak, dan berjanjilah kepada mereka.” Dan syaitan tidak menjanjikan kepada mereka selain tipu-daya. “Sesungguhnya hamba­-hamba-Ku, tidak ada bagi engkau kekuasaan atas mereka. Dan cukuplah Rabb (Tuhan) engkau sebagai Pelindung. (Bani Israil [17]:64-66).
Apakah iblis atau syaitan telah berhasil atau tidak dalam melaksanakan ancamannya untuk menyesatkan sejumlah besar umat manusia, merupakan soal yang penting dan perlu mendapat jawaban. Sebab satu pandangan yang tergesa-gesa dan tanpa disertai pikiran yang matang mengenai keadaan baik dan buruk di dunia ini, dapat membawa kita kepada kesimpulan yang salah, bahwa keburukan itu mengungguli kebaikan di dunia ini.
Tetapi hakikat yang sebenarnya adalah kebalikannya. Seandainya, sebagai misal, semua ucapan pendusta-pendusta terbesar diselidiki secara kritis. maka ucapan-ucapannya yang mengandung kebenaran jumlahnya akan nampak jauh melebihi ucapan-ucapannya yang dusta. Demikian pula jumlah orang-orang buruk di dunia ini jauh di bawah jumlah orang-orang baik.
Kenyataan bahwa keburukan itu mendapat perhatian begitu besar, justru menjadi bukti bahwa fitrat manusia pada dasarnya baik dan menjadi cemas menyaksikan keburukan bagaimanapun kecilnya. Oleh sebab itu tidak benar untuk beranggapan bahwa iblis atau syaitan telah berhasil dalam melaksanakan ancamannya dalam bentuk kenyataan.
Ayat selanjutnya menguraikan jaringan godaan-godaan dan bujukan-bujukan yang diancamkan oleh iblis dan syaitan, yaitu tiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh putra-putra kegelapan untuk membujuk manusia supaya menjauhi jalan kebenaran:
(1) mereka berusaha menakut-nakuti orang-orang miskin dan lemah dengan ancaman akan mempergunakan kekerasan terhadap mereka.
(2) mereka mempergunakan tindakan-tindakan yang lebih keras terhadap mereka yang tidak dapat ditakut­-takuti dengan cara gertak sambal, yaitu dengan mengadakan persekutuan‑persekutuan untuk tujuan melawan mereka dan mengadakan serangan bersama terhadap mereka dengan segala cara.
(3) mereka mencoba membujuk orang-orang kuat dan yang lebih berpengaruh dengan tawaran akan menjadikannya pemimpin mereka, asalkan mereka tidak akan membantu lagi pihak kebenaran.
Ketiga macam daya-upaya yang dilakukan oleh Iblis dan sekutu-sekutunya terhadap Adam a.s. dan para pengikutnya itulah yang mengakibatkan timbulnya kerusakan dan menumpahkan darah di muka bumi, sebagaimana yang dikemukakan para malaikat, firman-Nya:
Dan [ingatlah] ketika Rabb (Tuhan) engkau berfirman kepada para malaikat. "Sesungguhnya Aku hendak men­jadikan seorang khalifah di bumi." Berkata mereka, "Apakah Engkau akan menjadikan di dalamnya orang yang akan membuat kerusakan di dalamnya dan akan menumpahkan darah? Padahal kami bertasbih dengan pujian Engkau dan kami menguduskan Engkau." Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah [2]:31).
Terhadap "keberatan" para malaikat tersebut Allah Ta’ala berfirman:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian Dia mengemukakannya kepada para malaikat dan berfirman, "Beritahukanlah kepada-Ku nama-nama ini jika kamu berkata benar.” Mereka berkata, “Mahasuci Engkau, kami tidak mempunyai ilmu kecuali apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui, Maha­bijaksana." Dia berfirman, "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-­nama itu" maka tatkala disebut­kannya kepada mereka nama-nama itu, Dia berfirman, "Bukankah telah Aku katakan kepadamu, sesungguh­nya Aku mengetahui rahasia seluruh langit dan bumi, dan mengetahui apa yang kamu zahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah [2]:32-34).  

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


2 komentar: