Rabu, 07 Oktober 2009

“Kematian” Kota Yerusalem Selama 100 Tahun

 

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

 

KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN


“Kematian” Kota Yerusalem 
Selama 100 Tahun
oleh 
Ki Langlang Buana Kusuma

Kota hancur yang dimaksudkan dalam ayat ini ialah Yerusalem, kota suci itu dibinasakan oleh Nebukadnezar, Raja Babil, pada tahun 599 sebelum Masehi. Nabi Yehezkiel a.s. ada di antara orang-orang Yahudi yang diboyong tentara Nebukadnezar sebagai tawanan perang ke Babil dan diharuskan melalui kota Yerusalem yang telah dibinasakan itu dan menyaksikan pemandangan yang mengerikan itu.
Nabi Yehezkiel a.s. tentunya sangat terkejut melihat pemandangan menyedihkan itu dan berdoa kepada Allah Ta’ala dengan kata-kata yang penuh keharuan luar biasa, kapan kiranya kota yang hancur itu akan dihidupkan kembali. Doanya makbul dan kepada beliau diperlihatkan kasyaf, bahwa pembangunan kembali kota yang dimintakan dalam doa itu akan terjadi dalam waktu 100 tahun.
Ayat itu tidak mengandung arti bahwa Nabi Yehezkiel sungguh-sungguh mati selama seratus tahun. Beliau hanya melihat kasyaf (penglihatan gaib dalam keadaan bangun; vision) bahwa beliau mati, dan tetap dalam keadaan mati selama seratus tahun dan kemudian hidup kembali.
Al-Quran kadang-kadang menyebut pemandangan-pemandangan dalam kasyaf seolah­-olah sungguh-sungguh terjadi tanpa menyatakan bahwa penglihatan-penglihatan itu disaksikan dalam kasyaf atau mimpi (Qs.12:5). Kasyaf itu menunjukkan, dan Nabi Yehezkiel a.s. paham akan artinya, bahwa Bani Israil selama kira­-kira seratus tahun akan tetap dalam keadaan sebagai tawanan dan keadaan kemunduran nasional secara total, maka sesudah itu mereka akan mendapat kehidupan baru dan akan kembali ke kota suci mereka. Dan ini sungguh-sungguh telah terjadi seperti Nabi Yehezkiel a.s. telah melihatnya dalam kasyaf.
Yerusalem direbut oleh Nebukadnezar pads tahun 599 sebelum Masehi (II Raja-raja 24:10). Nabi Yehezkiel a.s. mungkin melihat kasyaf padsa tahun 586 sebelum Masehi. Kota itu didirikan kembali kira-kira seabad sesudah kehancurannya. Pembangunannya kembali dimulai pada 537 sebelum Masehi dengan izin dan bantuan Cyrus, Raja Persia dan Media, dan selesai pada tahun 515 sebelum Masehi.
Orang-orang Bani Israil masih memerlukan limabelas tahun lagi untuk menghuninya dan dengan demikian pada hakikatnya seabad telah lewat antara hancurnya Yerusalem dan dihidupkannya kembali. Adalah kekanak-kanakan sekali jika kita pikir bahwa Allah Ta’ala sungguh-sungguh mematikan dan membiarkan beliau mati seratus tahun dan kemudian menghidupkan beliau kembali, sebab hal itu niscaya tidak akan merupakan jawaban atas doanya yang bukan mengenai kematian dan kebangkitan kembali seseorang tertentu melainkan mengenai sebuah kota yang menampilkan suatu kaum seutuhnya.
Kata-kata “Aku tinggal sehari atau sebagian hari” itu dimaksudkan untuk menyatakan keadaan waktu yang tak terbatas (Qs.18:20 dan Qs.23:114), dan menurut kebiasaan Al-Quran berarti bahwa Nabi Yehezkiel a.s. tidak tahu berapa lamanya beliau tinggal dalam keadaan itu. Yaum di sini bukan berarti satu hari yang terdiri atas 24 jam, melainkan hanya menunjukkan suatu waktu tertentu (lihat Qs.1:4). Kata-kata “Aku tinggal sehari atau sebagian hari”, dapat pula menunjuk kepada waktu Nabi Yehezkiel a.s. tidur atau waktu beliau melihat kasyaf itu. Rupa-rupanya Nabi Yehezkiel a.s. menyangka bahwa beliau ditanya mengenai lama berlangsungnya waktu melihat kasyaf itu.
Kata bal (bahkan) itu kata penyimpangan yang artinya (a) pembatalan apa-apa yang terdahulu, seperti pada Qs.21:27 atau (b) peralihan dari satu pokok pembicaraan kepada yang lain, seperti dalam Qs.87:17. Di sini bal telah dipakai dalam arti terakhir.
Anak kalimat, “Bahkan engkau telah tinggal seratus tahun lamanya“, menunjukkan bahwa meskipun dalam satu pengertian Nabi Yehezkiel a.s. telah tinggal dalam keadaan seperti itu seratus tahun (sebab beliau mimpi bahwa beliau mati selama seratus tahun), tetapi pernyataan bahwa beliau tinggal sehari atau sebagian hari pun tepat; sebab waktu yang sebenarnya berlangsung dalam melihat kasyaf itu wajar sangat singkat.
Untuk membuat kenyataan ini jelas kepada pikiran Nabi Yehezkiel a.s., Allah Ta’ala mengarahkan perhatian beliau kepada makanan dan minuman dan keledainya, bahwa makanan dan minuman beliau tidak menjadi busuk demikian juga keledai beliau masih hidup, hal itu menunjukkan bahwa beliau sebenamya hanya tinggal sehari atau sebagian hari. Kata-kata “Lihatlah keledai engkau” pun menunjukkan bahwa Nabi Yehezkiel a.s. melihat kasyaf ketika tidur di ladang dan keledai beliau ada di sisinya, sebab selama ditawan di Babil orang-orang Bani Israil dipekerjakan di ladang sebagai buruh tani.
Nabi Yehezkiel a.s. menampilkan di dalam diri beliau seluruh bangsa Yahudi. Wafat beliau secara simbolis dalam kasyaf selama 100 tahun, melukiskan lamanya keruntuhan nasional mereka dan kesedihan selama dalam tawanan, sebab itulah masa yang sesudahnya mereka bangkit kembali. Itulah sebabnya mengapa Nabi Yehezkiel a.s. disebut “ menjadi suatu tanda”. (Lihat Kitab Yehezkiel fasal 37).

Bangkitnya Kesadaran Jiwa Orang-orang Yahudi
yang Dibawa ke Tempat Pembuangan di Babilonia

Sehubungan dengan hal tersebut, sebelum ini telah dikemukakan firman Allah Ta’ala sehubungan dengan makar-makar buruk yang dilakukan orang-orang Yahudi di Medinah terhadap Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana sebelumnya telah dilakukan pula oleh para pendahulu mereka pada zaman pemerintahan Nabi Sulaiman a.s.. Allah Ta’ala menyebut para pendurhaka tersebut syayaathin (para syaitan), namun demikian mereka itu mengaku mengikuti apa yang telah dilakukan oleh “dua malaikat” di Babil yang disebut Harut dan Marut, firman-Nya:
Dan mereka mengikuti apa yang dibacakan (diajarkan) oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman, padahal Sulaiman tidak kafir melainkan syaitan-syaitan itulah yang kafir. Mereka mengajarkan sihir kepada manusia. Dan [mereka mengaku mengikuti] apa yang diturunkan kepada dua malaikat di Babil, yaitu Harut dan Marut, sedangkan keduanya tidak mengajarkan kepada seorang pun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan, karena itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua [malaikat] itu apa yang dengan itu mereka membuat pemisahan antara laki-laki dengan istrinya, dan mereka tidak memberi mudharat dengan itu kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah, dan [sebaliknya] mereka (syaitan-syaitan) mempelajari sesuatu yang mendatangkan mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat bagi mereka. Dan sesungguhnya mereka benar-benar mengetahui bahwa barangsiapa yang berniaga dengan [cara] ini, tiadalah baginya bagian [keuntungan] di akhirat, dan sungguh amat buruk hal yang dengan [cara] itu mereka menjual dirinya, sekiranya mereka mengetahui. (Al-Baqarah [2]:103).
Sebagaimana telah dijelaskan, bahwa sebutan "dua malaikat" dalam ayat ini maksudnya dua orang suci. Harut dan Marut itu keduanya nama sifat; yang pertama berasal dari harata (ialah, merobek — Aqrab) berarti orang yang merobek, dan yang kedua berasal dari marata (artinya ia memecahkan) berarti, orang yang memecahkan. Nama-nama itu mengandung arti bahwa tujuan munculnya orang-orang suci itu ialah untuk "merobek" dan "memecahkan" kemegahan dan kekuasaan kerajaan Babilonia (Babel), musuh-musuh kaum Bani Israil. Kedua orang suci tersebut adalah Nabi Hijai dan Zakaria bin Ido (Ezra 5:1).
Orang-orang suci ini menerangkan kepada anggota-anggota baru pada waktu upacara pelantikan, bahwa mereka itu semacam percobaan dari Allah Ta’ala untuk maksud memisahkan antara yang baik dan yang buruk. Mereka membatasi keanggotaan perkumpulan mereka hanya pada kaum laki-laki.
Ketika kekuasaan Cyrus, raja Media dan Persia bangkit, orang-orang Bani Israil mengadakan perjanjian rahasia dengan beliau. Hal demikian sangat mempermudah untuk mengalahkan kerajaan Babil. Dan sebagai imbalan atas jasa itu, Cyrus bukan saja mengizinkan mereka kembali ke Yeruzalem, tetapi membantu mereka pula dalam pembangunan kembali Rumah Peribadatan Nabi Sulaiman a.s. di Yerusalem (Historians' History of the World, ii 126).
Sehubungan dengan kesuksesan gerakan rahasia orang-orang Yahudi di tempat pembuangan mereka di Babilonia -- yang dipelopori oleh Harut dan Marut -- itulah firman Allah Ta’ala selanjutnya berikut ini:
Kemudian Kami kembali­kan kepadamu kekuatan untuk mengalahkan mereka, dan Kami bantu kamu dengan harta dan anak-­anak, dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar [dari sebelumnya]. (Bani Israil [17]:7).
Orang-orang Yahudi menyesuaikan diri mereka dengan keadaan baru
di masa pembuangan di Babil. Kebanyakan di antara mereka telah dipekerjakan pada
pekerjaan-pekerjaan umum di Babil Tengah, dan banyak dari mereka pada akhirnya memperoleh kemerdekaan dan mencapai kedudukan yang berpengaruh.
Keyakinan dan pengabdian mereka kepada agama telah bangkit kembali; kepustakaan kerajaan dipelajari, diterbitkan kembali, dan disesuaikan dengan keperluan kaum yang sedang hidup kembali itu, serta harapan untuk mereka kembali ke Palestina telah dikobarkan dan dipupuk.
Kira-kira pada tahun 545 s.M., cita-cita ini memperoleh bentuk lebih jelas. Kaum Yahudi membuat suatu perjanjian rahasia dengan Cyrus -- raja Media dan Persia -- dan membantunya menaklukkan Babil. Kota itu dalam bulan Juli tahun 539 s.M. jatuh kepada tentaranya tanpa perlawanan. Dan sebagai ganjaran atas jasa-jasa mereka, Cyrus mengizinkan orang-orang Yahudi kembali ke Yerusalem dan juga membantu mereka membangun kembali rumah peribadatan mereka diYerusalem (Historians' History of the World, jilid II, hlm.126; Jew.Enc. jilid VII, pada kata Cyrus, dan II Tawarikh 36:22, 23).
Syesybazzar (seorang gubernur Cyrus) yang berasal dari Yudea, membawa kembali ke rumah peribadatan itu alat-alat dan perkakas yang telah dirampas oleh Nebukadnezar dan merencanakan untuk menyelenggarakan pekerjaan ini dengan membelanjakan uang kerajaan. Sejumlah besar orang buangan kembali ke Yerusalem (Ezra. 1 : 3-5). Pekerjaan pembangunan kembali rumah peribadatan berangsur-angsur maju terus dan selesai pada tahun 516 s.M., sehingga dengan demikian berakhirlah kematian kota Yerusalem selama 100 tahun sebagaimana diisyaratkan dalam Qs.2:260 sebelum ini.
Kejadian-kejadian ini dan kejayaan serta kesejahteraan orang-orang Yahudi berikutnya itulah yang diisyaratkan oleh ayat yang sedang dibahas ini. Dan semuanya itu telah dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. jauh sebelum hal itu benar-benar terjadi (Ulangan 30:1-5).
Namun demikian kembalinya orang-orang Yahudi kepada kebenaran yang diajarkan Taurat dan orang-orang suci yang dibangkitkan di kalangan mereka -- di antaranya Nabi Uzair (Ezra) a.s. (Qs.9:30-31; Matius 23:1-39) -- tidak berlangsung lama, itulah sebabnya dalam Maleakhi 4:1-6 telah dinubuatkan tentang kedatangan Al-Masih (Mesias) yang didahului oleh kedatangan kedua kali Nabi Elia a.s., yakni Nabi Yahya a.s. (Yohanes Pembaptis - Matius 11:7-19), sebagaimana firman Allah Ta’ala:
Jika kamu berbuat ihsan [maka] kamu berbuat ihsan bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk dirimu sen­diri. Maka bila datang peringatan kedua itu, supaya mereka mendatangkan keburukan kepada pemimpin­-pemimpin kamu; dan supaya mereka memasuki masjid seperti mereka me­masukinya pada yang pertama kali, dan supaya mereka menghancur-­luluhkan segala yang telah mereka kuasai. (Bani Israil [17]:8).
Ayat ini membicarakan jatuhnya kembali orang-orang Yahudi ke lembah keburukan dan tentang azab yang menimpa mereka sebagai akibatnva. Mereka menentang dan menganiaya Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. serta berusaha membunuh beliau pada tiang salib dan memusnahkan pergerakan beliau. Oleh sebab itu Allah Ta’ala menimpakan kepada mereka azab yang sangat keras, ketika pada tahun 70 M. pasukan-pasukan Romawi di bawah pimpinan Titus menyerbu negeri itu, dan di tengah-tengah kejadian­-kejadian mengerikan yang tiada bandingannya dalam sejarah itu kota Yerusalem telah dihancurkan dan rumah peribadatan Nabi Sulaiman dibumihanguskan (Enc. Bib. pada kata "Yerusalem”).
Malapetaka itu terjadi ketika Nabi Isa ibu Maryam a.s. masih hidup di Kasymir (Qs.23:51). Hal ini pun dinubuatkan oleh Nabi Musa a.s. (Ulangan 32: 18-26). Perlu pula dicatat di sini, bahwa nubuatan mengenai azab kedua kali itu telah disebut dalam Bible sesudah adanya nubuatan yang membicarakan hukuman pertama (Ulangan Bab 28). Lebih dari itu, bahkan nubuatan ini disebut sesudah nubuatan mengenai kembalinva orang-orang Yahudi ke Yerusalem dari Babil (Ulangan 30:1-5). Hal ini menunjukkan. bahwa nubuatan ini (Ulangan 32 : 18-26) menunjuk kepada azab yang kedua, yang telah disinggung dalam Al-Quran, ialah, "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan besar di bumi dua kali" (Qs.17:5).
Sejak pengusiran yang kedua kali tersebut mereka (orang-orang Yahudi) selama 2000 tahun menjadi bangsa yang tidak lagi memiliki tanah air dan mereka bertebaran di berbagai penjuru dunia serta mengalami perlakuan-perlakuan keji dari bangsa-bangsa yang membenci mereka (Ulangan 28:1-68; Qs.2:62; Qs.3:113; Qs.7:168; Qs.59:3-5).

(Bersambung).

Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid