Rabu, 09 September 2009

Makna "Kun, Fayakun"



بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

 

KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN


Makna "Kun Fayakun"
 
oleh 
Ki Langlang Buana Kusuma


 
Terjadinya keadaan-keadaan khusus yang disebut mukjizat atau karamah (kekeramatan) tersebut sering dikaitkan dengan kalimat “Kun fayakun - Jadilah maka terjadilah” (Qs.2:117-118) yang difahami secara keliru, firman-Nya:
Dan, mereka berkata, "Allah mengambil seorang anak." Maha Suci Dia, bahkan, Dia-lah Pemilik segala sesuatu di seluruh langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya. Dia-lah Yang Memulai penciptaan seluruh langit dan bumi, dan apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya berfirman kepadanya, "Kun fayakun! (Jadilah maka terjadilah ia.) (Al-Baqarah [2]:117-118).
Dalam kepustakaan agama Yahudi kata "anak Tuhan" dipergunakan secara tamsilan (perumpamaan), artinya "hamba Tuhan yang tercinta" atau "seorang nabi," tetapi kemudian menjadi mengandung arti harfiah (Lukas 20 : 36; Matius 5: 9. 45, 48; Ulangan 14 : 1; Keluaran 4 : 221, Galatia 3 : 26; dan sebagainya).
Jika Allah Ta’ala mempunyai anak maka Tuhan pasti dikuasai oleh nafsu dan memerlukan istri dan Wujud-Nya dapat terbagi, sebab anak merupakan bagian tubuh ayahnya. Lagi pula jika demikian Allah Ta’ala pun harus tunduk kepada ketentuan mati, sebab mempunyai keturunan (anak) -- sebagaimana terkandung dalam penisbahan seorang anak kepada Tuhan -- merupakan ciri khas wujud-wujud yang dapat binasa. Islam menolak semua paham serupa itu sebab menurut Islam, Allah Ta’ala itu Maha Suci, bebas dari segala kekurangan atau cacat.
Sifat Al-Badii’ (Yang Maha Memulai penciptaan) ini bukan saja menentang dogma agama Kristen tentang ketuhanan Isa, tetapi juga dengan jitu menolak teori agama Hindu, bahwa ruh dan benda itu bersifat azali (tidak ada permulaannya) dan kekal, sebab Sifat Allah Ta'ala Al-Badii' artinya:
(1) Allah Ta’ala itu Pencipta seluruh langit dan bumi, yang berarti bahwa Dia tidak memerlukan pertolongan anak atau siapa pun untuk menjadikan alam semesta.
(2) Allah Ta’ala itu Yang menyebabkan dan memulai terjadinya alam semesta, artinya, Dia menjadikan segala sesuatu dari serba tiada, tanpa contoh yang telah ada sebelumnya, dan tanpa bahan yang telah ada sebelumnya.
(3) Dia Maha Kuasa, artinya bila Dia menetapkan sesuatu hal atau benda harus berwujud maka hal atau benda itu berwujudlah sesuai dengan perintah dan rencana-Nya.
Kalimat kun fayakun dalam ayat ini tidak seharusnya berarti -- seperti kadang-kadang dengan keliru disangka orang -- bahwa bila Allah Ta’ala menetapkan sesuatu zat harus berwujud, maka berwujudlah zat itu dengan tiba-tiba. Apa yang dimaksudkan dengan kun fayakun adalah apabila Allah Ta’ala berkehendak menakdirkan keberadaan sesuatu zat atau suatu keadaan maka tiada yang dapat merintangi takdir-Nya tersebut.
Memang benar bahwa Allah Ta'ala berkuasa untuk menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya terjadi dengan sekejap mata, bahkan lebih cepat dari itu, jauh melebihi kecepatan tangan tukang sulap -- dengan berbagai trik yang dilakukannya -- "menjadikan" seekor burung merpati dari saputangan, atau tongkat kecil di tangannya tiba-tiba "berubah" menjadi setangkai bunga rose hanya dengan mengucapkan sim-salabim atau ada-kadabra. Tetapi Allah Ta'ala tidak akan pernah melakukan hal-hal murahan seperti itu, sebab yang dimaksud dengan kun fayakun Allah Ta'ala maknanya jauh lebih mendalam dari apa yang dimengerti oleh manusia. Contohnya adalah tentang kelahiran Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. tanpa perantaraan seorang ayah berjenis kelamin laki-laki, karena ibunya (Maryam) itulah yang sekaligus merangkap sebagai ayah beliau, itulah sebabnya di dalam Al-Quran beliau dinamakan Isa ibnu (anak) Maryam, bukan Isa ibnulLaah (Isa anak Allah) sebagaimana yang sengaja disalahtafsirkan oleh Paulus dalam surat-surat kirimannya.
Sehubungan dengan kenyataan bahwa para Nabi Allah mau pun para wali Allah bukan merupakan manusia-manusia super sakti -- sebagaimana yang umumnya keliru dipahami -- melainkan sama seperti manusia-manusia lainnya, selanjutnya Allah T’ala berfirman mengenai orang-orang takabur yang tuna ilmu mengenai Sunnatullah:
Orang­-orang yang tuna ilmu berkata, "Mengapakah Allah tidak berfirman [secara langsung] dengan kami, atau mendatangkan satu Tanda kepada kami?" Demikian pula orang-orang sebelum mereka mengatakan seperti per­kataan mereka itu. Hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan Tanda-tanda kepada suatu kaum yang yakin. Sesungguhnya Kami mengutus engkau (Rasulullah) dengan haq sebagai pembawa kabar suka dan pemberi ingat. Dan, engkau tidak akan ditanyai (diminta pertanggungjawaban) tentang penghuni neraka. (Al-Baqarah [2]:119-120). Lihat pula Qs.6:38; Qs.20 : 135; Qs.21 : 6; Qs.43 : 54.
Perlu diperhatikan, bahwa bila orang-orang tak beriman disebutkan menuntut Tanda (mukjizat) maka berarti menuntut Tanda menurut keinginan mereka, atau menuntut Tanda berupa azab (Qs.21: 6; Qs.6:38; Qs.13:28; Qs.20:134-135; Qs.29: 51).
Ringkasnya, memang benar bahwa Allah Ta’ala yang adalah Tuhan Yang Mahakuasa dapat melakukan kalimat “kun fayakun - jadilah maka terjadilah” dalam arti harfiah, akan tetapi pada hakikatnya yang dimaksud dengan ungkapan kalimat “kun fayakun - Jadilah maka terjadilah” yang digunakan di dalam Al-Quran tidak dalam makna seperti iyang umumnya dipahami, seperti pekerjaan tukang sulap -- bahwa segala sesuatu yang diinginkan seketika itu juga terjadi hanya dengan mengucapkan “kun” (jadilah) -- melainkan maknanya adalah apa pun yang dikehendaki Allah Ta'ala telah ditakdirkan akan terjadi maka pasti hal itu akan terjadi, bagaimana pun hebatnya rintangan dan makar buruk yang menghalangi terlaksananya hal tersebut (Qs.3:55; Qs.8:31; Qs.13:42-43; Qs.27:51; Qs.14:47-48).

"Kun Abu Hanzalah!" &
Duel Makar

Begitu juga pada saat Nabi Besar Muhammad saw. bersama pasukan Muslim berangkat untuk melakukan perang Tabuk, ketika itu beliau mengetahui bahwa seorang sahabat yang terkenal bernama Abu Hanzalah tidak ada bersama-sama dengan pasukan Muslim, tiba-tiba dari jauh beliau saw. melihat seorang penunggang kuda yang memacu kudanya dengan cepat, lalu beliau saw. bersabda, "Kun Abu Hanzalah!" dan ternyata memang benar bahwa penunggang kuda tersebut adalah Abu Hanzalah. Dengan demikian jelaslah bahwa kata kun (jadilah) tidak harus diartikan bahwa sesuatu yang tidak ada itu tiba-tiba terjadi setelah mengucapkan kata kun! (jadilah!), tetapi dapat pula berarti menggambarkan suatu keinginan (harapan) yang kuat akan sesuatu.
Salah satu contoh dari kun fayakun tersebut adalah adalah takdir Allah Ta’ala tentang kesuksesan perjuangan para nabi Allah, sekali pun mendapat hadangan sangat hebat dari para penentang wujud-wujud suci tersebut, akan tetapi missi suci mereka senantiasa sukses sebagaimana yang ditakdirkan oleh Allah Ta’ala, firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya mereka itu termasuk orang-orang yang sangat hina. Allah telah menetapkan, “Aku dan rasul-rasul-Ku pasti akan menang.” Sesungguhnya Allah Mahakuat, Maha Perkasa (Al-Mujaadilah [58]:21-22). Lihat pula Qs.3:195; Qs.5:57; Qs.10:104; Qs.37:172-173.
Berikut adalah “duel makar” antara makar buruk para penentang Nabi Allah dengan makar tandingan Allah Ta’ala yang mendukung perjuangan suci para Rasul Allah, yang pasti dimenangkan Allah Ta’ala, firman-Nya:
Dan sungguh mereka telah membuat makar padahal makar mereka ada di sisi Allah, dan sekali pun makar mereka itu dapat memindahkan gunung-gunung. Maka janganlah sekali-kali engkau mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-rasul-Nya. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Pemilik pembalasan (Ibrahim [14]:47-48).
Firman-Nya lagi:
Sungguh orang-orang yang sebelum mereka telah melakukan makar [buruk kepada para rasul Allah] maka Allah mendatangi (menghancurkan) bangunan-bangunan mereka dari pondasinya maka runtuhlah atas mereka atap dari atas mereka dan kepada mereka datang azab dari arah yang tidak mereka sadari. (An-Nahl [16]:27). Lihat pula Qs.39:26; Qs.59:3-4.
Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman tentang makar buruk yang dilakukan para pemimpin kaum kafir Quraisy Mekkah terhadap Nabi Besar Muhammad saw.:
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah [maka] Dia akan menjadikan furqaan (pembeda) bagimu, dan Dia akan menghapuskan dari kamu keburukan-keburukanmu dan Dia akan mengampuni kamu, dan Allah Pemilik karunia yang besar. Dan [ingatlah] ketika orang-orang kafir merancang makar (tipu-daya) terhadap engkau (Rasulullah) supaya mereka dapat menangkap engkau atau membunuh engkau atau mengusir engkau. Dan mereka membuat makar dan Allah pun membuat makar [tandingan], dan Allah adalah Perancang makar terbaik. (Al-Anfaal [8]:30-31).

Hubungan Kun Fayakun dengan
Penciptaan Alam Semesta dan Nabi Isa Ibnu Maryam

Pendek kata, makna ungkapan “kun fayakun” Allah Ta’ala sama sekali tidak identik dengan perbuatan tukang sulap yang -- dengan trik-trik tertentu -- memunculkan sesuatu dengan cepat sambil berkata sim salabin! atau “adakadabra!” sebab alam semesta jasmani ini Allah Ta’ala menciptakannya di bawah sifat Rabbubiyyah, yaitu segala sesuatu diciptakan melalui proses rangkaian hukum sebab-akibat (Qs.1:2).Itulah sebabnya di dalam Al-Quran penyebutan tentang Allah Ta’ala (Tuhan) sering menggunakan kata Rabb yakni Rabbiy - Tuhan-ku; Rabbanaa - Tuhan kami; Rabbika - Tuhan engkau; Rabbukum - Tuhan kamu dll.
Oleh karena itu walau pun mengenai hamilnya Maryam dan lahirnya Nabi Isa Ibnu Maryam menggunakan ungkapan kun fayakun (Qs.3:48, 60; Qs.19:35-36), demikian pula tentang penciptaan seluruh langit dan bumi (Qs.6:74) dan menciptakan apa pun yang dikehendaki-Nya sesuai takdir-Nya (Qs.16:41; Qs.36:82; Qs.40:69) menggunakan ungkapan kun fayakun, tetapi hal-hal tersebut tidak perlu diartikan secara keliru sebagaimana yang umumnya dipahami oleh umat beragama, termasuk di lingkungan umat Islam, sebab dalam kenyataannya -- baik penciptaan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.. di dalam rahim Maryam, mau pun penciptaan tatanan alam semesta (Qs.31:31) -- terwujud melalui proses rangkaian hukum sebab-akibat sesuai sifat Rabubiyyah Allah Ta'ala, tidak dengan cara sim salabim atau ada kadabra lalu apa yang diinginkan itu seketika itu juga berwujud.
Itulah sebab mengapa Allah Ta'ala di dalam Al-Quran telah menamakan seluruh ciptaan-Nya dengan sebutan al-'aalamin (seluruh alam) -- Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin (segala puji bagi Allah Rabb (Pencipta) seluruh alam - Qs.1:2) -- kata alam berasal dari kata 'ilm (ilmu), itulah sebabnya penyelidikan mendalam (riset) terhadap tatanan alam semesta akan menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang tidak akan ada habis-habisnya (Qs.18:110; Qs.31:28).
Masalah mukjizat dan karamah serta kun fayakun ini akan dijelaskan pada bagian lain dari tulisan ini, sehubungan dengan penjelasan terinci tentang mukjizat-mukjizat para nabi Allah.

Berbagai Jenis Mukjizat Para Nabi Allah

Berikut adalah berbagai jenis mukjizat para nabi Allah yang dikemukakan Allah Ta’ala dalam Al-Quran:
  1. Mukjizat Nabi Adam a.s. antara lain keberhasilan beliau membentuk jama’ah baru setelah terpecah-belah akibat tipu-daya syaitan (Qs.7:23; Qs.20:122).
  2. Mukjizat yang nampak seperti suatu kesaktian dalam dunia kanuragan atau kebatinan, misalnya selamatnya Nabi Ibrahim a.s. dari kobaran api (Qs.21:69-71; Qs.29:25; Qs.37:98-99).
  3. Mukjizat yang mirip seperti ilmu sihir, misalnya berubahnya tongkat Nabi Musa a.s. seperti ular dan kedua tangannya menjadi putih bercahaya (Qs.7:107-109; Qs.20:21; Qs.26:33-34; Qs.27:11-13; Qs.28:32-33); mukjizat penciptaan “burung” dari tanah liat yang dapat “terbang” (melayang) sebentar, sebagaimana yang diperlihatkan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.3:50; Qs.5:111), kasyaf “terbelahnya bulan” yang pernah diperlihatkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.54:2-3).
  4. Mukjizat berupa penyembuhan penyakit (jasmani dan ruhani) seperti yang dilakukan oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.3:50; Qs.5:111) dan juga oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.17:83; Qs.10:58; Qs.16:90).
  5. Mukjizat berupa terhindarnya dari kematian akibat mengalami suatu upaya pembunuhan tertentu (penyaliban) seperti yang dialami oleh Nabi Isa Ibnu Maryam a.s. (Qs.4:158-150), dan selamatnya Nabi Yunus a.s. dari bahaya kematian tenggelam di lautan karena ditelan oleh seekor ikan besar selama 3 hari tiga malam (Qs.21:88; Qs.37:140-149; Qs.68:49-51).
  6. Mukjizat yang ada hubungannya dengan kekuatan alam (hukum alam) berupa azab, misalnya banjir dahsyat di zaman Nabi Nuh a.s. (Qs.21:77; Qs.26:118-123; Qs.37:76-77; Qs.54:11); taufan gurun pasir yang membinasakan kaum ‘Ad (Qs.41:17; Qs.54:20; Qs.69:7), gempa bumi atau ledakan dahsyat yang membinasakan kaum Nabi Luth a.s. (Qs.7:79; Qs.11:83; Qs.15:75 (Qs.7:79), ledakan keras yang membinasakan kaum Nabi Shalih a.s. (Qs.11:68; Qs.54:32), halilintar yang membinasakan kaum Tsamud (Qs.41:18); terjadinya musim hujan dan musim kering yang ekstrim, taufan, belalang, kutu, katak, dan penyakit pendarahan hidung di wilayah kerajaan Fir’aun pada zaman Nabi Musa a.s. (Qs.7:131-137; Qs.17:102; Qs.27:11-13); tersibaknya air laut sehingga Nabi Musa a.s. dan Bani Israil selamat dari kejaran Fir’aun dan balatentaranya (Qs.2:51; Qs.20:78; Qs.26:62-64; Qs.44:24-25); terpancarnya 12 mata air dari batu karang setelah dipukul Nabi Musa a.s. dengan tongkat (Qs.2:61; Qs.7:163); berhembusnya taufan gurun yang dilakukan oleh Nabi Besar Muhammad saw. dalam perang Badar dengan melemparkan segenggam pasir ke arah lawan (Qs.8:18). Musim kering selama 7 tahun di masa Nabi Yusuf a.s. di Mesir (Qs.12:44-50) dan di masa Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.16:113) ketika masih berada di Mekkah.
  7. Mukjizat yang ada hubungannya dengan perilaku binatang, misalnya (1) peringatan Nabi Shalih a.s. kepada kaumnya tentang unta yang senantiasa beliau kendarai dalam melakukan da’wat Ilallah (Qs.7:74-79; Qs.11:62-69; Qs.17:60; Qs.26:156-160; Qs.54:28 Qs.91:12-16). (2) Nabi Besar Muhammad saw. melakukan hal yang sama ketika pertama kali sampai di Madinah ketika hijrah, yakni membiarkan unta betina tunggangan beliau saw. -- yang bernama Qaswa -- untuk berhenti sendiri di rumah salah seorang sahabat Anshar, yang kemudian menjadi tempat tinggal beliau saw. di Medinah. Demikian pula pada waktu berada di Hudaibiyyah, unta betina beliau saw. tidak mau melanjutkan perjalanan ke Mekkah untuk melakukan umrah yang direncanakan. (3) Mukjizat pemanfaatan burung-burung untuk membawa berita tertulis yang dilaksanakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. (Qs.21:80; Qs.27:18).
  8. Mukjizat yang ada hubungannya dengan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), misalnya teknik pembuatan perahu oleh Nabi Nuh a.s. yang menyelamatkan beliau dan para pengikutnya dari banjir dahsyat (Qs.11:37-40; Qs.23:24-31; Qs.26:118-123; Qs.29:15-16; Qs.54:10-16); mukjizat pemberdayaan SDM (sumber daya manusia) dan SDA (sumber daya alam) yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s., yang antara lain diisyaratkan dengan: (a) “dilunakkan-Nya besi” bagi Nabi Daud a.s.” (Qs.21:81; Qs.34:11-13) dan “dialirkan-Nya tembaga” kepada Nabi Sulaiman a.s. (Qs.34:13; Qs.38:37-41), (b) ditundukkan-Nya jin, syaitan, gunung, dan burung kepada keduanya (Qs.21:82-83; Qs.34:13), (c) pembentukan berbagai divisi pasukan tempur, termasuk bidang intelijen (Qs.27:16-32), (d) pembuatan armada niaga melalui jalur laut, yang diisyaratkan dengan “ditundukkan-Nya angin” kepada Nabi Sulaiman a.s. (Qs.21:82; Qs.34:13), sehingga Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. mampu mengelola dengan baik wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil yang sangat luas dan mencapai puncak kejayaannya.
  9. Mukjizat berupa karya seni bangunan yang selain artistik juga mengandung falsafah keruhanian yang sangat tinggi (Qs.34:13-14; Qs.38:31-34), di antaranya pembuatan singgasana indah dan pembuatan istana yang berlantai kaca bening oleh Nabi Sulaiman a.s., sehingga membuat Ratu Saba bertaubat dari kemusyrikan yang dilakukannya (Qs.27:39-45).
  10. Mukjizat berupa diturunkan-Nya Kitab suci terakhir dan tersempurna (Al-Quran) kepada Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.2:24-25; Qs.10:39; Qs.11:14; Qs.15:10; Qs.17:89; Qs.18:51-50; Qs.39:70; Qs.52:34-35:10); mukjizat berupa akhlak ruhani yang paling sempurna yang diperagakan oleh Nabi Besar Muhammad saw. (Qs.33:22; Qs.53:1-19), sehingga terbentuk suatu umat terbaik (Qs.2:144; Qs.3:111) dan tetap terbukanya martabat-martabat nikmat keruhanian sampai Hari Kiamat (Qs.3:32; Qs.4:70-71). Berbagai mukjizat Al-Quran lainnya di antaranya adalah yang berhubungan dengan: (a) informasi tentang proses awal penciptaan alam semesta yakni terjadinya peristiwa “big bang/ledakan besar” (Qs.21:31; Qs.41:10-13), (b) nubuatan (kabar gaib) tentang sarana transportasi baru (Qs.16:9; Qs.36:73; Qs.40:80-81; Qs.43:13;Qs.81:2-12; Qs.99:2-9); (c) nubuatan (kabar gaib) tentang diciptakannya pesawat ruang angkasa (Qs.55:34 ); (d) terbukanya berbagai rahasia ilmu pengetahuan baru lainnya yang masih akan terus terbuka bagi umat manusia (Qs.18:110; Qs.31:28) dll.
  11. Mukjizat berupa duel makar antara para penentang nabi Allah dengan Allah Ta’ala (Qs.3:53-55; Qs.8:30-31; Qs.14:47-48; Qs.16:27; Qs.39:26; Qs.59:3-4), yang menjelaskan makna yang sebenarnya dari kalimat kun fayakun Allah Ta’ala, yang artikan seperti pekerjaan tukang sulap, hanya dengan mengucapkan sim salabim atau adakadabra maka segala sesuatu yang diinginkan seketika itu juga menjadi kenyataan.
 
(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran, Malik Ghulam farid


1 komentar:

  1. Ass.Wr. Wb. Yth. Ki Langlang Buana, saya Sapta, tertarik dengan ulasannya mengenai makna Kun Fayakun (Jadilah maka terjadilah).
    Mohon dijelaskan mengenai beberapa ayat-ayat yang ada hubungan dengan Kun Fayakun mengenai Penciptaan Alam Semesta, Nabi Adam, dan Nabi Isa Ibnu Maryam dalam firman-Nya:
    1. “Dan, mereka berkata, "Allah mengambil seorang anak." Maha Suci Dia, bahkan, Dia-lah Pemilik segala sesuatu di seluruh langit dan di bumi. Semuanya tunduk kepada-Nya. Dia-lah Yang Memulai penciptaan seluruh langit dan bumi, dan apabila Dia menghendaki sesuatu, maka Dia hanya berfirman kepadanya, "Kun fayakun! (Jadilah maka terjadilah ia.) (Al-Baqarah [2]:117-118).
    2. Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia. (Ali Imran: 59)
    3. ...dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam (Al Anbiyaa': 21)
    4. Berkata Isa: "Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Alkitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi, dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka, dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali". Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya. Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: "Jadilah", maka jadilah ia. (Maryam: 30-35)
    Yang dimaksud Dia ber firman kepadanya, ... ada kalimat imbuhan nya itu kepada siapa? (Dia berfirman kepadanya, maka jadilah ia). Sebagai contoh: penciptaan Adam diciptakan dari tanah, maka Allah berkata kepadanya (tanah) maka jadilah dia (Adam). Bagaimana dengan penciptaan Isa ibnu Maryam? yang diciptakan dari ruh (ruh dari Kami) (Al Anbiyaa': 21).
    Saya juga belum faham mengenai penciptaan “alam semesta” dari apa? Semoga saya tercerahkan. Terima kasih atas penjelasannya. Wass. Wr. Wb.

    BalasHapus