Rabu, 16 September 2009

Iblis dan Golongannya

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

 

KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN



Iblis dan Golongannya
oleh 

Ki Langlang Buana Kusuma


Iblis bukan termasuk golongan malaikat, melainkan dari golongan jin sebagai diciptakan dari api (Qs.15:28; Qs.18:51). Iblis adalah gembong ruh-ruh jahat sedangkan Jibril a.s. adalah pemimpin malaikat-malaikat. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, kejadian yang disebutkan di dalam ayat ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan nenek-moyang pertama umat manusia yang dapat disebut Adam pertama. Kejadian itu hanya berhubungan dengan Nabi Adam a.s. yang tinggal di bumi ini kira-kira enam ribu tahun yang lalu dan menurunkan Nabi Nuh a.s. dan Nabi Ibrahim a.s. serta keturunan mereka.
Setelah Nabi Adam a.s. menjadi cerminan sifat-sifat Allah Ta’ala dan sudah mencapai pangkat nabi, Allah Ta’ala memerintahkan para malaikat untuk mengkhidmatinya. Ungkapan dalam bahasa Arab usjudu, tidak berarti "bersujudlah di hadapan Adam," sebab Al-Quran tegas melarang bersujud di hadapan sesuatu selain Allah Ta’ala (Qs.41:38), dan perintah semacam itu tidak mungkin diberikan kepada para malaikat. Perintah itu berarti "Bersujudlah di hadapan-Ku sebagai tanda bersyukur, karena Aku telah menjadikan Adam."
Illa (kecuali) dipakai untuk memberi arti kekecualian. Dalam bahasa Arab istitsna (kekecualian) ada dua macam:
(1) Istitsna muttashil artinya kekecualian pada saat sesuatu yang dikecualikan itu termasuk golongan atau jenis yang sama dengan golongan atau jenis yang darinya hendak dibuat kekecualian itu;
(2) Istitsna munqathi, ialah kekecualian pada saat sesuatu yang dikecualikan itu termasuk golongan atau jenis lain. Dalam ayat ini kata illa menunjuk kepada kekecualian terakhir, karena iblis itu bukan salah satu di antara malaikat.
Kata iblis berasal dari ablasa, yang berarti: (1) kebaikan dan kebajikannya berkurang; (2) ia sudah melepaskan harapan atau jadi putus asa akan kasih-sayang Allah Ta’ala; (3) telah patah semangat; (4) telah bingung dan tak mampu melihat jalannya; dan (5) ia tertahan dari mencapai harapannya. Sedangkan syaithan berasal dari kata syaatha atau sayatha artinya antara lain terbakar, mati, binasa.
Berdasarkan akar-katanya, arti kata iblis itu adalah suatu wujud yang sedikit sekali memiliki kebaikan tapi banyak kejahatan, dan disebabkan oleh rasa putus asa akan kasih-sayang Allah Ta’ala oleh sikap pembangkangannya sendiri, maka ia dibiarkan dalam kebingungan dan juga ia tidak mampu melihat jalannya.

Iblis Bukan dari Golongan Malaikat dan
Berbeda dengan Syaitan

lblis seringkali dianggap sama dengan syaitan, tetapi dalam beberapa hal berlainan dari dia. Harus dipahami bahwa iblis itu bukan salah satu dari para malaikat, sebab ia di sini dilukiskan sebagai tidak patuh (membangkang) kepada Allah Ta’ala, sedangkan para malaikat dilukiskan sebagai senantiasa tunduk dan patuh (Qs.66:7).
Allah Ta’ala telah murka kepada iblis, karena ia pun diperintahkan mengkhidmati Adam a.s. bersama-sama para malaikat, tetapi iblis membangkang (Qs.2:35; Qs.7:12-13; Qs.15:29-33; Qs.17:62; Q.18:51; Qs.20:117; Qs.38:72-77). Tambahan pula sekalipun jika tiada perintah tersendiri bagi iblis tetapi perintah kepada para malaikat harus dianggap meliputi semua wujud, sebab perintah kepada para malaikat -- sebagai penjaga (pengendali) berbagai bagian tatanan alam semesta -- dengan sendirinya mencakup juga semua wujud.
Sebelum ini telah dijelas mengenai kata malaaikah (malaikat-malaikat - Qs.2:31) yang adalah jamak dari malak, diserap dari malaka, yang berarti: ia mengendalikan, mengawasi; atau dari alaka, artinya, ia mengirimkan. Para malaikat disebut demikian, sebab mereka mengendalikan kekuatan-kekuatan alam, atau mereka membawa wahyu Ilahi kepada utusan-utusan (rasul-rasul) Allah dan pembaharu-pembaharu samawi (reformer), firman-Nya:
Segala puji milik Allah, Pencipta seluruh langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat-malaikat sebagai rasul-rasul (utusan-­utusan) yang bersayap dua, tiga dan empat. Dia menambahkan dalam ciptaan apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Al-Faathir [35]:2).
Kepada malaikat-malaikat dipercayakan menjaga, mengatur, dan mengawasi segala urusan yang berlaku di alam jasmani (Qs.79:6). Inilah tugas dan tanggungjawab yang dibebankan kepada mereka. Tugas mereka yang lain dan yang lebih berat ialah, melaksanakan perintah dan kehendak Allah Ta’ala kepada rasul-rasul­Nya.
Malaikat-malaikat pembawa wahyu menampakkan serentak dua, tiga, atau empat sifat Ilahi, dan ada pula malaikat lain, yang bahkan menjelmakan lebih banyak lagi dari sifat-sifat itu. Karena ajnihah (sayap) merupakan lambang kekuatan dan kemampuan (Lexicon Lane), ayat ini mengandung arti, bahwa malaikat-malaikat itu memiliki kekuatan dan sifat yang berbedaan derajatnya sesuai dengan kepentingan pekerjaan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing.
Sebagian malaikat dianugerahi kekuatan-kekuatan dan sifat-sifat yang lebih besar daripada yang lain. Malaikat Jibril adalah penghulu semua malaikat dan, oleh karena itu pekerjaan mahapenting, yakni menyampaikan wahyu Ilahi kepada para rasul Allah, diserahkan kepadanya serta dilaksanakan di bawah asuhan dan pengawasannya.
Seperti dinyatakan di atas, iblis itu sesungguhnya nama sifat yang diberikan -- atas dasar arti akan kata iblis itu yakni ablasa -- kepada ruh jahat yang bertolak belakang dari sifat malaikat. Diberi nama demikian, karena ia mempunyai sifat-sifat buruk seperti dirinci di atas, terutama bahwa ia sama sekali miskin dari kebaikan dan telah dibiarkan kebingungan dalam langkahnva dan hilang harapan akan kasih­-sayang Allah Ta’ala.
Bahwa iblis bukanlah syaitan, yang disebut dalam Qs.2:37 jelas dari kenyataan bahwa kapan saja riwayat Adam a.s. dituturkan, Al-Quran menyebut kedua nama itu berdampingan. Tetapi di mana-mana dilakukan pemisahan yang cermat antara keduanya itu, yakni kapan saja Al-Quran membicarakan makhluk yang -- berbeda dari para malaikat — menolak berbakti (bersujud) kepada Adam a.s., maka senantiasa Al-Quran menyebutnya dengan nama iblis. Dan kapan saja Al-Quran membicarakan wujud yang menipu Adam a.s. dan menjadi sebab Adam a.s. diperintahkan pergi atau berhijrah dari “jannah” (kebun) maka Al-Quran menyebutnya dengan nama syaitan.
Perbedaan ini -- yang sangat besar artinya dan tetap dipertahankan dalam Al-Quran, sedikitnya pada sepuluh tempat (Qs.2:35, 37; Qs.7:12, 21; Qs.15:32; Qs.17:62; Qs.18:51; Qs.20 : 117, 121; Qs.38: 75) -- jelas memperlihatkan bahwa iblis itu berbeda dari syaitan yang menipu Adam a.s., dan iblis merupakan salah seorang dari kaum Nabi Adam a.s. sendiri. Di tempat lain Al-Quran mengatakan bahwa iblis tergolong makhluk-makhluk Allah yang tersembunyi dan -- berlainan dari para malaikat -- mampu menaati atau menentang Allah Ta’ala (Qs.7:12-13).

Iblis Berasal dari Golongan Jin
Diciptakan dari Api

Pendek kata, iblis tidak termasuk golongan para malaikat, melainkan iblis adalah gembong (pemimpin) ruh-ruh jahat, sedangkan Jibril a.s. adalah pemimpin para malaikat. Allah Ta’ala berfirman bahwa iblis dan rekan-rekannya adalah dari kalangan jin, sebab dari golongan jin inilah munculnya para pemimpin kekafiran yang mendustakan dan menentang keras para Rasul Allah dari zaman ke zaman, firman-Nya:
Dan [ingatlah] ketika Kami berfirman kepada para malaikat, "Sujudlah kamu untuk Adam," maka sujudlah mereka kecuali iblis, ia dari [golongan] jin, Maka ia mendurhakai perintah Rabb-nya (Tuhannya). [Dia berfirman], "Apakah kamu hendak mengambil dia dan keturunannya sebagai sahabat-sahabat (pelindung-pelindung) selain Aku, padahal mereka adalah musuhmu? Amat buruk pertukaran itu bagi orang-orang yang zalim. Aku tidak pernah membuat mereka menyaksikan penciptaan seluruh langit dan bumi, dan tidak pula penciptaan diri mereka sendiri, dan tidak dapat Aku ambil (menjadikan) mereka yang menyesatkan [orang-orang] sebagai pembantu. (Al-Kahf [18]:51-52).
Itulah sebabnya Allah Ta’ala telah berfirman mengenai alasan iblis menolak bersujud kepada Adam (Khalifah Allah) ketika diperintahkan-Nya bersujud bersama-sama para malaikat, adalah bahwa ia (iblis) menganggap dirinya lebih baik daripada Adam, karena Adam diciptakan dari thiin (tanah liat) sedangkan iblis diciptakan dari naar (api) -- sebagaimana juga jin (Qs.15:27-28; Qs.55:16) -- firman-Nya:
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu kemudian Kami membentuk kamu, lalu Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kepada Adam” maka mereka sujud kecuali iblis, ia tidak termasuk di antara orang-orang yang sujud. Dia berfirman, “Apa yang menghalangi engkau sehingga engkau tidak sujud ketika Aku memberi perintah kepada engkau?” Ia (iblis) berkata, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau jadikan aku dari api dan dia (Adam) Engkau jadikan dari tanah-liat” (Al-A’raaf [7]:2-13).
Berikut adalah firman Allah Ta’ala lainnya bahwa jin -- yang dari golongannya iblis berasal -- juga diciptakan dari api:
Dia menciptakan insan (manusia) dari tanah liat kering seperti tembikar, dan Dia menciptakan jin-jin dari nyala api. Maka yang manakah di antara nikmat-nikmat Rabb (Tuhan) yang kamu berdua dustakan? (Al-Rahmaan [55]:15-16).
Sebagaimana sudah merupakan pengetahuan umum, bahwa untuk mempercepat proses pengeringan tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk oleh perajin (pembuat) tembikar maka keberadaan dan peran api sangat diperlukan untuk membakar tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk. Sebab selama tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk belum mengalami proses pembakaran maka proses penyempurnaan (finishing) terhadap tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk tersebut tidak akan dapat dilakukan oleh pembuat tembikar tersebut.
Proses pengeringan tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk melalui pembakaran api tersebut sekaligus sebagai proses penyeleksian, yakni tembikar-tembikar yang retak atau pecah akan dibuang oleh si pembuat tembikar, sedangkan tembikar-tembikar yang mulus akan mengalami proses penyempurnaan selanjutnya oleh pembuat tembikar, sehingga tembikar-tembikar hasil pembakaran tersebut akan memiliki nilai jual sebab menjadi tanah-liat yang telah diberi berbagai bentuk tersebut menjadi tembikar-tembikar yang memiliki nilai seni yang tinggi.
Dengan demikian semakin jelaslah hakikat kebenaran jawaban Allah Ta’ala terhadap pertanyaan para malaikat sehubungan dengan akan munculnya orang-orang yang akan menimbulkan kerusakan dan penumbahan darah di muka bumi dalam melakukan penentangan terhadap keberadaan seorang Khalifah Allah yakni Adam -- yakni reaksi keras iblis dan para pendukungnya -- firman-Nya:
Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui.” (Al-Baqarah [2]:31).
Ringkasnya, iblis dan para pengikutnya atau lasykarnya (Qs.7:19; Qs.38:86; Qs.26:96) yang melakukan penentangan keras terhadap Adam (Khalifah Allah) yang para pengikutnya -- sehingga timbul kerusakan dan penumpahan darah di muka bumi -- berfungsi sebagai “kobaran api” bagi proses pembuatan terbikar yang berasal dari tanah liat yang telah dibuat suatu bentuk oleh para pengrajin tembikar.

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid


Tidak ada komentar:

Posting Komentar