Rabu, 07 Oktober 2009

Perbedaan Kebijaksaan Politik Pemerintahan Nabi Daud a.s. dengan Nabi Sulaiman a.s.

 

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

  KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN


Perbedaan Kebijaksaan Politik Pemerintahan Nabi Daud a.s.
dengan Nabi Sulaiman a.s.

oleh 
Ki Langlang Buana Kusuma


Walau pun Nabi Sulaiman a.s. adalah penerus (pewaris) kekuasaan Nabi Daud a.s. atas kerajaan Bani Israil, akan tetapi -- sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi oleh kedua wujud suci tersebut -- keduanya melakukan kebijaksaaan politik yang berbeda, yakni Nabi Daud a.s. dalam menangani kasus-kasus intervensi yang dilakukan oleh kaum-kaum lain terhadap wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil, beliau menggunakan cara-cara yang tegas yaitu menggunakan kekuatan militer, sedangkan Nabi Sulaiman a.s. lebih mengedepankan cara-cara yang lebih lunak berupa melakukan pendekatan diplomasi, contohnya yang dilakukannya terhadap Ratu Saba (Qs.27:16-45) -- sebelum dengan kekuatan militer.
Perbedaan kebijaksanaan politik yang dilakukan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. tersebut mengundang kritik tajam dari lawan-lawan politiknya di dalam negeri -- bahkan mereka melontarkan berbagai fitnah-fitnah sampai dengan upaya melakukan pembunuhan -- namun Allah Ta’ala membenarkan perbedaan politik yang dilakukan oleh kedua raja besar Bani Israil tersebut, karena dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi masing-masing, firman-Nya:
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing kepunyaan suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas [benarnya] keputusan mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah (kebijaksanaan) dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud dan Kami yang mengerjakannya. (Al-Anbiya [21]:79-80).
Dalam ayat ini dan dalam beberapa ayat berikutnya telah dipergunakan bahasa kiasan untuk menambah indahnya ungkapan. Al-harts (ladang) dapat menunjuk kepada negeri asal Sulaiman a.s. dan kata ghanamn al-qaum (kambing-kambing milik suatu kaum) mengisyaratkan kepada qabilah­-qabilah (suku-suku) tetangga yang buas dan suka merampok serta melakukan serbuan-serbuan ke negeri Nabi Sulaiman a.s..
Isyarat itu tertuju kepada siasat yang diadakan oleh Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. untuk menangkis dan mengalahkan perampokan qabilah-qabilah (suku-suku) biadab tersebut. Nabi Daud a.s. adalah seorang ahli perang ulung, oleh karena itu beliau melaksanakan siasat keras. Tetapi Nabi Sulaiman a.s. ingin mengikuti siasat yang lebih lunak dan menundukkan qabilah-qabilah itu dengan jalan mengadakan perjanjian-perjanjian persahabatan dengan mereka.
Kata-kata “Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman” mengandung arti, bahwa siasat lunak dan cara-cara damai yang dijalankan oleh Nabi Sulaiman a.s. itu memang tepat dalam keadaan-keadaan pada saat itu, dan tuduhan yang dilancarkan terhadap beliau oleh beberapa pengarang Yahudi, bahwa beliau mengikuti suatu siasat lemah yang mendatangkan keruntuhan wangsa Nabi Daud a.s., sekali-kali tidak mempunyai dasar yang sehat.
Tetapi pembelaan Allah Ta’ala untuk Nabi Sulaiman a.s. tidak boleh diberi arti bahwa siasat keras yang dijalankan oleh Nabi Daud a.s. dalam masa beliau sendiri adalah salah. Suatu kesalah­pahaman yang menjurus kepada kesimpulan ini telah dihilangkan oleh anak kalimat, “dan kepada masing-masing dari mereka Kami berikan kebijaksanaan dan i1mu”. Anak kalimat itu memperjelas bahwa siasat-siasat yang dijalankan, baik oleh Daud a.s. maupun oleh Sulaiman a.s., itulah yang terbaik dalam keadaan itu dan paling cocok pada peristiwa yang khas itu.

Makna Ditundukkan-Nya Gunung dan Burung
Kepada Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.

Kata-kata, “Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud” telah diberi arti harfiah, yaitu bahwa gunung-gunung dan burung-burung berada di bawah kekuasaan Daud a.s., dan ketika beliau mendendangkan sanjungan-sanjungan kepada Allah Ta’ala, mereka benar-benar ikut­serta dengan beliau dalam amal shalih itu. Padahal tidak demikian maknanya. Kata-kata itu sesungguhnya hanya berarti, bahwa orang-orang besar (aljibal) dan ruhaniawan-ruhaniawan yang bermartabat tinggi (ath-thair), memuliakan Allah Ta’ala dan mendendangkan sanjungan­-sanjungan Ilahi bersama-sama dengan Nabi Daud a.s..
Di beberapa tempat dalam Al-Quran, bukan saja gunung-gunung dan burung-burung, tetapi juga bahkan semua benda di seluruh langit dan bumi -- seperti matahari, bulan, bintang­-kemintang, siang dan malam, margasatwa, unggas, sungai-sungai, angin, gumpalan-gumpalan awan, dan sebagainya -- disebutkan seolah-olah telah diciptakan untuk mengkhidmati makhluk manusia (Qs.2:165; Qs. 7:55; Qs.22:38; Qs, 45:13-14).
Kata jibal (gunung) dapat pula berarti "orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan," sebab adakalanya nama suatu tempat dipakai juga untuk orang yang mendiaminya (Qs.12:83). Jadi, bahwa "gunung" ditundukkan untuk berkhidmat kepada Daud a.s. dapat mengandung arti, beliau menaklukkan dan menguasai qabilah-qabilah (suku-suku) liar serta biadab yang mendiami daerah pegunungan.
Nabi Daud a.s. adalah seorang penakluk agung dan pengendali suku-suku bangsa pegunungan yang buas itu. Bible pun menunjuk kepada penundukan suku-suku pegunungan oleh Nabi Daud a.s. (Samuel, bab 5). Demikian juga penyanjungan puji-pujian kepada Allah Ta’ala yang dilakukan oleh burung-burung tidak perlu menimbulkan keheranan.
Di tempat lain dalam Al-Quran kita baca, bahwa semua benda -- baik yang hidup atau yang mati -- para malaikat, margasatwa, unggas, seluruh langit dan bumi, bahkan kekuatan-kekuatan alam, menyanjung dengan puji-pujian (bertasbih) kepada Allah Ta’ala, hanya saja manusia tidak dapat mengerti sanjungan-sanjungan mereka itu (Qs.13:14; Qs.7:45; Qs.21:20-21; Qs.24:42; Qs.59:2; Qs.61:2; & Qs.64:2). Yaitu mereka itu melaksanakan tugas-tugas yang telah cliberikan kepada mereka oleh Allah Ta’ala, dan dengan demikian menampakkan bahwa Allah Ta’ala sempurna dan sama sekali bebas dari segala kekurangan, kegagalan, dan kelemahan, dan begitu pulalah hasil karya-Nya.
Kata "burung" dapat pula berarti burung-burung yang sebenarnya. Dalam artian ini. maknanya ialah bahwa Nabi Daud a.s. mempergunakan burung-burung yang telah dilatih secara khusus, untuk tujuan membawa berita dan pesan di masa peperangan. Kata ini dapat pula menunjuk kepada kawanan-kawanan burung yang mengikuti lasykar-lasykar Nabi Daud a.s. yang unggul di medan perang dan berpesta-pora makan bangkai-bangkai prajurit-prajurit yang tewas.
Kemudian mengenai siasat keras yang dilaksanakan Nabi Daud a.s. dalam upaya menjaga wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil dari serangan-serangan lawan, Allah Ta’ala berfirman:
Dan Kami mengajar dia (Daud) membuat baju besi bagimu, supaya dapat melindungi dari pertempuranmu, maka maukah kamu bersyukur? Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin yang kencang, [angin itu] bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya [21]:81-82).
Yang diisyaratkan dalam ayat ini ialah kekuatan militer Nabi Daud a.s. dan tentang keahlian beliau yang besar dalam membuat alat-alat perang dan baju-baju besi. Nabi Daud a.s. menemukan dan mengembangkan berbagai macam alat senjata, yang dengan mempergunakan alat-alat itu, beliau memperoleh kemenangan-kemenangan besar. Di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. kerajaan Israil mencapai puncak kekuasaannya. Masa itu merupakan zaman keemasan dalam sejarah Bani Israil.

Makna Ditundukkan Angin Kepada Nabi Sulaiman a.s.

Ungkapan kalimat “Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin yang kencang, [angin itu] bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya”, nampaknya armada kapal-kapal laut Nabi Sulaiman a.s. berlayar di Teluk Persia, Laut Merah, dan Laut Tengah, serta hubungan dagang yang teratur diadakan di antara Palestina dan negeri-negeri yang letaknya di sekeliling Teluk Persia dan dua lautan tersebut (I Raja-raja, 10 : 27 - 29).
"Bersama-sama dengan Hiram dan Tyre ia memelihara sejumlah kapal yang mampu mengarungi samudra, berniaga dengan jadwal waktu teratur ke pelabuhan-pelabuhan di Laut Tengah, membawa mas, perak, gading, monyet, dan burung-burung merak" (I Raja-raja, 10 : 22; 10 : 27 - 29; 2 Tawarikh 8 : 18; Enc. Brit, pada kata "Solomon").
Di sini kata sifat yang dipakai mengenai angin adalah ashifah (kencang) sedang dalam Qs.38:37 kata sifat itu disebut rukha' (lembut) yang menunjukkan, bahwa sekalipun angin bertiup kencang namun tetap lembut dan tidak mendatangkan kerusakan apa pun kepada kapal-kapal layar Nabi Sulaiman a.s.. Selanjutnya Dia berfirman:
Dan dari syaitan-syaitan ada yang menyelam untuk dia, dan mereka mengerjakan pekerjaan lain selain itu, dan Kami yang memelihara mereka. (Al-Anbiya, [21]:83).
Karena syaithan berarti juga pemberontak dan penentang, dan juga orang yang ahli dalam sesuatu (Qs.2:15), maka ayat ini bermaksud mengatakan, bahwa bangsa-bangsa bukan-Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Sulaiman a.s. telah dipekerjakan pada berbagai pertukangan yang sulit dan berat atas perintah beliau.
Mereka bekerja sebagai tukang kayu, pandai besi, penyelam, dan sebagainva, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan oleh warga bangsa jajahan (Lihat I Raja-raja 9 : 21 - 22). Kata-kata “yang menyelam untuk dia” dapat menunjuk kepada para penyelam dari Bahrain dan Masqat, yang melakukan pekerjaan menyelam di Teluk Persia untuk mencari mutiara. Mereka dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s. untuk tujuan itu. 

(Bersambung).

Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar