بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ
KISAH-KISAH MONUMENTAL
DALAM AL-QURAN
Makna Ditundukkan-Nya "Gunung" dan "Burung"
Kepada Nabi daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.
oleh
Ki Langlang Buana Kusuma
Kata-kata, “Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung untuk bertasbih bersama Daud” telah diberi arti harfiah, yaitu bahwa gunung-gunung dan burung-burung berada di bawah kekuasaan Daud a.s., dan ketika beliau mendendangkan sanjungan-sanjungan kepada Allah Ta’ala, mereka benar-benar ikutserta dengan beliau dalam amal shalih itu. Padahal tidak demikian maknanya. Kata-kata itu sesungguhnya hanya berarti, bahwa orang-orang besar (aljibal) dan ruhaniawan-ruhaniawan yang bermartabat tinggi (ath-thair), memuliakan Allah Ta’ala dan mendendangkan sanjungan-sanjungan Ilahi bersama-sama dengan Nabi Daud a.s..
Di beberapa tempat dalam Al-Quran, bukan saja gunung-gunung dan burung-burung, tetapi juga bahkan semua benda di seluruh langit dan bumi -- seperti matahari, bulan, bintang-kemintang, siang dan malam, margasatwa, unggas, sungai-sungai, angin, gumpalan-gumpalan awan, dan sebagainya -- disebutkan seolah-olah telah diciptakan untuk mengkhidmati makhluk manusia (Qs.2:165; Qs. 7:55; Qs.22:38; Qs, 45:13-14).
Kata jibal (gunung) dapat pula berarti "orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan," sebab adakalanya nama suatu tempat dipakai juga untuk orang yang mendiaminya (Qs.12:83). Jadi, bahwa "gunung" ditundukkan untuk berkhidmat kepada Daud a.s. dapat mengandung arti, beliau menaklukkan dan menguasai qabilah-qabilah (suku-suku) liar serta biadab yang mendiami daerah pegunungan.
Nabi Daud a.s. adalah seorang penakluk agung dan pengendali suku-suku bangsa pegunungan yang buas itu. Bible pun menunjuk kepada penundukan suku-suku pegunungan oleh Nabi Daud a.s. (Samuel, bab 5). Demikian juga penyanjungan puji-pujian kepada Allah Ta’ala yang dilakukan oleh burung-burung tidak perlu menimbulkan keheranan.
Di tempat lain dalam Al-Quran kita baca, bahwa semua benda -- baik yang hidup atau yang mati -- para malaikat, margasatwa, unggas, seluruh langit dan bumi, bahkan kekuatan-kekuatan alam, menyanjung dengan puji-pujian (bertasbih) kepada Allah Ta’ala, hanya saja manusia tidak dapat mengerti sanjungan-sanjungan mereka itu (Qs.13:14; Qs.7:45; Qs.21:20-21; Qs.24:42; Qs.59:2; Qs.61:2; & Qs.64:2). Yaitu mereka itu melaksanakan tugas-tugas yang telah cliberikan kepada mereka oleh Allah Ta’ala, dan dengan demikian menampakkan bahwa Allah Ta’ala sempurna dan sama sekali bebas dari segala kekurangan, kegagalan, dan kelemahan, dan begitu pulalah hasil karya-Nya.
Kata "burung" dapat pula berarti burung-burung yang sebenarnya. Dalam artian ini. maknanya ialah bahwa Nabi Daud a.s. mempergunakan burung-burung yang telah dilatih secara khusus, untuk tujuan membawa berita dan pesan di masa peperangan. Kata ini dapat pula menunjuk kepada kawanan-kawanan burung yang mengikuti lasykar-lasykar Nabi Daud a.s. yang unggul di medan perang dan berpesta-pora makan bangkai-bangkai prajurit-prajurit yang tewas.
Kemudian mengenai siasat keras yang dilaksanakan Nabi Daud a.s. dalam upaya menjaga wilayah kekuasaan kerajaan Bani Israil dari serangan-serangan lawan, Allah Ta’ala berfirman:
Dan Kami mengajar dia (Daud) membuat baju besi bagimu, supaya dapat melindungi dari pertempuranmu, maka maukah kamu bersyukur? Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin yang kencang, [angin itu] bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya. Dan Kami Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al-Anbiya [21]:81-82).
Yang diisyaratkan dalam ayat ini ialah kekuatan militer Nabi Daud a.s. dan tentang keahlian beliau yang besar dalam membuat alat-alat perang dan baju-baju besi. Nabi Daud a.s. menemukan dan mengembangkan berbagai macam alat senjata, yang dengan mempergunakan alat-alat itu, beliau memperoleh kemenangan-kemenangan besar. Di masa pemerintahan Nabi Daud a.s. kerajaan Israil mencapai puncak kekuasaannya. Masa itu merupakan zaman keemasan dalam sejarah Bani Israil.
Makna Ditundukkan Angin Kepada Nabi Sulaiman a.s.
Ungkapan kalimat “Dan Kami tundukkan kepada Sulaiman angin yang kencang, [angin itu] bertiup atas perintahnya ke arah daerah yang telah Kami berkati di dalamnya”, nampaknya armada kapal-kapal laut Nabi Sulaiman a.s. berlayar di Teluk Persia, Laut Merah, dan Laut Tengah, serta hubungan dagang yang teratur diadakan di antara Palestina dan negeri-negeri yang letaknya di sekeliling Teluk Persia dan dua lautan tersebut (I Raja-raja, 10 : 27 - 29).
"Bersama-sama dengan Hiram dan Tyre ia memelihara sejumlah kapal yang mampu mengarungi samudra, berniaga dengan jadwal waktu teratur ke pelabuhan-pelabuhan di Laut Tengah, membawa mas, perak, gading, monyet, dan burung-burung merak" (I Raja-raja, 10 : 22; 10 : 27 - 29; 2 Tawarikh 8 : 18; Enc. Brit, pada kata "Solomon").
Di sini kata sifat yang dipakai mengenai angin adalah ashifah (kencang) sedang dalam Qs.38:37 kata sifat itu disebut rukha' (lembut) yang menunjukkan, bahwa sekalipun angin bertiup kencang namun tetap lembut dan tidak mendatangkan kerusakan apa pun kepada kapal-kapal layar Nabi Sulaiman a.s.. Selanjutnya Dia berfirman:
Dan dari syaitan-syaitan ada yang menyelam untuk dia, dan mereka mengerjakan pekerjaan lain selain itu, dan Kami yang memelihara mereka. (Al-Anbiya, [21]:83).
Karena syaithan berarti juga pemberontak dan penentang, dan juga orang yang ahli dalam sesuatu (Qs.2:15), maka ayat ini bermaksud mengatakan, bahwa bangsa-bangsa bukan-Israil yang ditaklukkan oleh Nabi Sulaiman a.s. telah dipekerjakan pada berbagai pertukangan yang sulit dan berat atas perintah beliau.
Mereka bekerja sebagai tukang kayu, pandai besi, penyelam, dan sebagainva, yaitu pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan oleh warga bangsa jajahan (Lihat I Raja-raja 9 : 21 - 22). Kata-kata “yang menyelam untuk dia” dapat menunjuk kepada para penyelam dari Bahrain dan Masqat, yang melakukan pekerjaan menyelam di Teluk Persia untuk mencari mutiara. Mereka dipekerjakan oleh Nabi Sulaiman a.s. untuk tujuan itu.
“Rayap Bumi” Pemakan “Tongkat” Nabi Sulaiman a.s.
Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing kepunyaan suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas [benarnya] keputusan mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah (kebijaksanaan) dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud dan Kami yang mengerjakannya. (Al-Anbiya [21]:79-80).
Dalam firman-Nya berikut ini jin-jin atau syaitan-syaitan -- yakni para pemberontak -- di zaman pemerintahan Nabi Sulaiman a.s (Qs.2:103) digambarkan sebagai “rayap bumi” yang memakan “tongkat” Nabi Sulaiman a.s. di masa pemerintahan para penerus beliau yang lemah, firman-Nya:
Dan, kepada Sulaiman [Kami tundukkan] angin, perjalanan paginya sama dengan sebulan perjalanan dan perjalanan petangnya sama dengan sebulan perjalanan juga. Dan Kami mengalirkan sumber cairan tembaga untuk dia. Dan dari jin-jin ada yang bekerja di bawah perintahnya dengan izin Rabb-nya (Tuhan-nya), dan [Kami berfirman bahwa] barangsiapa dari mereka menyimpang dari perintah Kami, Kami membuat dia merasakan azab Api yang menyala-nyala. Mereka mengerjakan untuknya apa yang dia kehendaki yaitu: tempat-tempat ibadah, patung-patung, kolam-kolam bagaikan bendungan,dan periuk-periuk besar yang tetap pada tungkunya. Dan Kami berfirman, "Hai keluarga Daud, beramallah sambil bersyukur." Tetapi sedikit sekali di antara hamba-hamba-Ku bersyukur. Dan ketika Kami menakdirkan kematiannya (kematian Sulaiman), tiada sesuatu menunjukkan kepada mereka (jin-jin) perihal kematiannya selain rayap bumi yang memakan tongkatnya. Maka tatkala tongkat itu jatuh, jin-jin menyadari dengan jelas bahwa sekiranya mereka itu mengetahui apa-apa yang gaib, tentu mereka tidak akan tetap dalam azab yang menghinakan. (As Saba’ [34]:13-15).
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, bahwa wilayah kekuasaan Nabi Sulaiman a.s. -- yang diwarisinya dari Nabi Daud a.s. -- terbentang dari Siria Utara sepanjang pantai Laut Tengah sebelah timur sampai Laut Merah, sepanjang Laut Arab sampai Teluk Persia. Pada hakikatnya, di zaman Nabi Sulaiman a.s. kerajaan Bani Israil telah mencapai puncak kejayaan dalam kekayaan harta, kekuasaan. dan pengaruh, sebagaimana ditampakkan oleh kata riih, yang antara lain artinya kekuasaan dan penaklukan-penaklukan (Lexicon Lane) seperti digunakan dalam ayat ini.
Ayat ini pun menunjukkan bahwa Nabi Sulaiman a.s. memiliki suatu armada niaga laut yang besar (I Raja-raja 9:26-28 & Jewish Encyclopaedia. Jilid XI h1m. 437) dan bahwa perindustrian dan kerajinan telah berkembang pesat di bawah pemerintahan beliau, dan bahwa beliau telah menaklukkan serta memanfaatkan tenaga jin-jin dan syaitan-syaitan (Qs.21:82-83; Qs.34:13; Qs.38:37-39), yakni suku-suku bangsa pegunungan yang liar lagi suka memberontak (II Tawarikh 2:18 & 4:1-2).
Selain itu, selaku seorang raja yang kaya-raya, sangat berkuasa dan beradab, Nabi Sulaiman a.s. merupakan tokoh di antara raja-raja bangsa Bani Israil, yang mendirikan bangunan-bangunan. Beliau mempunyai selera yang istimewa mengenai seni bangunan yang telah berkembang pesat di masa kekuasaan beliau. Baitul Muqadas di Yerusalem memberi bukti yang nyata tentang selera halus beliau berkenaan dengan seni bangunan.
(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar