Rabu, 07 Oktober 2009

Upaya Membunuh Nabi Daud a.s. & Kedurhakaan Kepada Nabi Sulaiman a.s.


بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

  KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN


 Upaya Membunuh Nabi daud a.s. & 
Kedurhakaan kepada Nabi Sulaiman a.s.
oleh 

Ki Langlang Buana Kusuma


Dan (ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, ketika keduanya memberikan keputusan mengenai suatu ladang, ketika kambing-kambing kepunyaan suatu kaum merusak di dalamnya, dan Kami menjadi saksi atas [benarnya] keputusan mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman, dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah (kebijaksanaan) dan ilmu. Dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud dan Kami yang mengerjakannya. (Al-Anbiya [21]:79-80).

Walau pun Nabi Daud a.s. berhasil mengalahkan Jalut dan bala-tentaranya secara total, dan beliau berhasil membangunkerajaan Bani Israil yang sangat luas dan kuat, namun demikian orang-orang durhaka di kalangan Bani Israil -- yang tidak menyukai kesuksesan Nabi Daud a.s. -- secara diam-diam berusaha membunuh Nabi Daud a.s. di mihrab beliau a.s., padahal Nabi Daud a.s. telah berjasa besar membangun kerajaan Bani Israil hingga mencapai puncak kejayaannya setelah berhasil menaklukkan musuh-musuh Bani Israil (Qs.2:-247-253), firman-Nya:
Dan sudahkah datang ke­pada engkau kabar tentang orang-orang yang [pura-pura] bermusuhan, tatkala mereka itu memanjat dinding kamar pribadi­nya? Ketika mereka masuk mendatangi Daud maka ia takut dari mereka itu. Mereka berkata, "Janganlah takut, kami dua orang sedang bersengketa, kami berlaku zalim terhadap satu sama lain, maka hakimilah di antara kami dengan keadilan, dan janganlah menzalimi kami dan tunjukilah kami ke jalan lurus." (Shaad [38]:22-23).
Nampak dari sejarah bahwa meskipun kekuasaan Bani Israil telah mencapai puncaknya selama Nabi Daud dan Nabi Sulaiman a.m.s. memegang kekuasaan, namun para pengacau giat menimbulkan huru-hara dan perpecahan, demikian juga tuduhan-tuduhan palsu kepada beliau-beliau dengan gencar dilancarkan dan disebarkan, bahkan beberapa orang jahat pikiran berusaha membunuh Nabi Daud a.s..
Kepada upaya membunuh Nabi Daud serupa itulah yang diisyaratkan dalam ayat ini. Dua orang musuh beliau memanjat dinding kamar pribadi (mihrab) beliau dengan niat menyergap beliau, tetapi ketika mereka melihat beliau berada dalam keadaan siap­-siaga dan menyadari bahwa rencana mereka telah gagal, mereka berusaha menenangkan beliau dan berpura-pura sebagai dua orang bersengketa dan telah datang meminta keputusan beliau dalam sengketa itu. Tetapi Nabi Daud a.s. mengerti benar akan niat jahat mereka dan oleh karena itu wajarlah kalau beliau merasa takut terhadap mereka.
Lebih jauh mereka menyindir Nabi Daud a.s. mengenai mengenai berbagai kebijaksaan yang dilaksanakan oleh Nabi Daud a.s. dalam melaksanakan pemerintahan beliau a.s., yang mereka anggap sebagai perbuatan zalim, firman-Nya:
“Sesungguhnya saudaraku ini mempunyai sembilan puluh sembilan domba betina, dan aku mempunyai seekor domba betina, namun ia berkata, “Serahkanlah itu kepadaku”, dan ia telah mengungguli diriku dalam pembicaraan." Ia (Daud) berkata, "Se­sungguhnya ia telah berlaku zalim terhadap engkau dengan meminta domba betinamu untuk menambahkannya kepada domba-domba betinanya. Dan sesungguhnya banyak di antara orang-orang yang bersekutu sebagian terhadap sebagian lain berlaku zalim, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih; tetapi mereka itu hanyalah sedikit." Dan Daud pun menyangka bahwa Kami telah menguji dia, maka ia memohon ampun kepada Rabb-nya (Tuhan-nya), dan ia merebahkan diri menyatakan ke­patuhan dan menghadapkan diri kepada-Nya. (Shaad [38]:24-25).
Ayat ini menunjuk kepada kisah dua orang yang berupaya membunuh Nabi Daud a.s. secara diam-diam, tetapi tatkala mereka melihat beliau cukup bersiap-siaga, mereka telah mendapat akal seketika itu juga, dalam upaya mengelabui dan membelokkan pikiran beliau dari persangkaan buruk yang mungkin timbul pada beliau tentang mereka dan meredakan kekhawatiran beliau.
Nabi Daud a.s. tak terkelabui oleh kedua perusuh yang berpura-pura sebagai orang­-orang biasa yang sedang bersengketa; beliau memahami benar sandiwara itu. Meskipun beliau tidak kehilangan akal dan tetap memberikan keputusan seperti seorang hakim yang sehat dan tenang pikirannya, tetapi beliau menyadari bahwa kewibawaan beliau atas kaum beliau telah melemah, dan bahwa meskipun tindakan pencegahan telah diambil tetapi beliau sama sekali tidak aman terhadap rencana dan komplotan­-komplotan jahat musuh beliau.
Nabi Daud a.s. merasa bahwa peristiwa itu merupakan peringatan dari Allah Ta’ala, maka beliau menempuh jalan satu-satunya, seperti dilakukan orang-orang bertakwa dalam keadaan demikian. Beliau mendoa kepada Allah Ta’ala dan memohon perlindungan-Nya terhadap rencana-rencana dan komplotan-komplotan buruk musuh beliau.
Sindiran yang terkandung di balik ceritera orang-orang yang bersengketa itu ialah, bahwa Nabi Daud a.s. itu seorang raja zalim yang memperluas kekuasaannya atas suku-suku bangsa tetangga yang kecil dan lemah. Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman:
Maka Kami mengampuni baginya kelemahan itu, dan sesungguhnya ia mempunyai keduduk­an akrab di sisi Kami dan sebaik-­baik tempat kembali. "Hai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikan engkau khalifah di bumi ini maka hakimilah di antara manusia dengan adil, dan janganlah mengikuti hawa nafsu, jangan-jangan ia menyesatkan eng­kau dari jalan Allah." Sesungguhnya orang-orang yang tersesat dari jalan Allah bagi mereka ada azab yang sangat keras disebabkan mereka telah melupakan Hari Perhitungan. (Shaad [38]:26).
Ungkapan ghafarnaa lahu dapat berarti, "Kami memberikan kepadanya perlindungan Kami," atau "Kami bereskan urusan-urusannya" (Lexicon Lane). Kata-kata, "Ia mempunyai kedudukan akrab di sisi Kami dan sebaik-baik tempat kembali”, menunjukkan bahwa Nabi Daud a.s. tidak menderita kerusakan akhlak atau kelemahan ruhani, dan dengan jitu sekali melenyapkan dan membinasakan tuduhan keji seakan­-akan Nabi Daud a.s. telah melakukan zina seperti dituduhkan Bible terhadap beliau (II Semuel 11:4-5).
Pembelaan Allah Ta’ala Kepada Kebijaksaan
yang Dilakukan Nabi Daud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s.

Salah satu mukjizat Nabi Daud a.s. adalah Allah Ta’ala telah membuat besi menjadi lunak di tangan beliau a.s., firman-Nya:

Dan sungguh Kami benar-benar telah memberikan kepada Daud karunia dari Kami. “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, dan [Kami berfirman]: “Buatlah baju besi yang cukup panjang dan buatlah cincin-cincinnya berukuran tepat, berbuatlah amal shalih. Sesungguhnya aku melihat apa yang kamu kerjakan. (As-Saba [34]:11-12).
Ungkapan kalimat “Kami telah melunakkan besi untuknya” mengandung dua makna, makna pertama adalah bahwa atas izin Allah Ta’ala -- sebagai suatu mukjizat -- besi benar-benar menjadi lunak di tangan Nabi Daud a.s., sehingga dengan mudah Nabi Daud a.s. dapat membengkokkannya.
Makna kedua adalah Allah Ta’ala memberi kemahiran kepada Nabi Daud a.s. untuk menciptakan peralatan perang canggih di masa itu yang terbuat dari besi -- di antaranya adalah pembuatan baju besi -- sehingga pasukan Nabi Daud a.s. senantiasa unggul melawan bangsa-bangsa yang melakukan perlawanan terhadap beliau a.s, firman-Nya:
Dan Kami mengajar dia (Daud) membuat baju besi bagi kamu, supaya dapat melindungi dari pertempuran kamu, maka apakah kamu mau bersyukur? (Al-Anbiya [21]:81).
Dengan demikian jelaslah bahwa yang dimaksud ayat sebelumnya mengenai “lunaknya besi” bagi Nabi Daud a.s., adalah mengisyaratkan kepada kebijaksaan pemerintahan Nabi Daud a.s. mengembangkan kekuatan militer kerajaan Bani Israil, sehingga beliau sukses menaklukkan lawan-lawan Bani Israil seluruhnya, yang di dalam ayat-ayat sebelum ini digambarkan bahwa Nabi Daud a.s. berhasil membunuh Jalut, yakni menaklukkan kaum-kaum yang liar tersebut dan memanfaatkan berbagai potensi yang mereka miliki untuk kepentingan pemerintahan beliau a.s..
Kemenangan-kemenangan besar yang diarih oleh Nabi Daud a.s. atas lawan-lawannya itu pulalah yang diisyaratkan bahwa Allah Ta’ala telah menundukkan gunung-gunung dan burung-burung kepada Nabi Daud a.s. (Qs. 21:79-83; Qs.27:16-17; Qs.34:11-15; Qs.38:18-21). 

(Bersambung).
Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar