Kamis, 01 Oktober 2009

Ketetapan Hukuman Allah Swt. bagi Para penentang Rasul Allah

 

بِسۡمِ اللّٰہِ الرَّحۡمٰنِ الرَّحِیۡمِ

 

  KISAH-KISAH MONUMENTAL 

  DALAM AL-QURAN


   Ketetapan Hukuman  Allah Swt. 
bagi Para Penentang Rasul Allah
oleh  

Ki Langlang Buana Kusuma


Selanjutnya Allah Ta’ala berfirman mengenai rincian tentang hukuman bagi orang-orang yang berusaha membunuh Rasul Allah:
Tetapi nafsunya telah membujuknya supaya membunuh saudaranya, maka ia membunuhnya dan ia pun menjadi di antara orang-orang yang rugi. Lalu Allah mengirim se­ekor burung gagak yang meng­garuk-garuk di tanah supaya Dia memperlihatkan kepadanya bagaimana ia harus menyembunyi­kan mayat saudaranya. Berkata ia, "Celaka aku! Tak sanggupkah aku berbuat seperti gagak ini sehingga dapat kusembunyikan mayat saudaraku?" Maka ia menjadi di antara orang-orang yang menyesal. (Al-Maaidah [5]:31-32).
Para mufasirin berlainan pendapat mengenai peristiwa burung gagak itu apakah benar-benar terjadi ataukah hanya sekedar perumpamaan. Tidak mustahil bahwa peristiwa demikian itu sungguh-sungguh terjadi. Penyelidikan mengenai cara dan kebiasaan burung-burung, telah melahirkan banyak penemuan yang berguna. Lihat Kejadian 4 : 1 - 15, dan juga buku "The Yerusalem Targum."
Apa yang diisyaratkan dalam ayat ini ialah suatu peristiwa yang serupa dengan apa yang tersebut di sini mengenai kedua putera Adam, tetapi peristiwa yang mengandung arti yang jauh lebih luas lagi penting itu, akan terjadi kelak di kemudian hari, yakni seorang nabi akan muncul di antara saudara-saudara Bani Israil. Kenyataan ini akan menimbulkan kemarahan kaum Bani Israil terhadap nabi itu dan mereka akan menjadi haus darah karena disulut oleh rasa kedengkian, persis seperti Kain telah menjadi haus darah terhadap saudaranya, Habel.
Nabi tersebut bukan sembarang wujud. Dialah yang akan menjadi Pembaharu Dunia dan ditakdirkan membawa syariat abadi bagi segenap umat manusia yang seluruh masa depannya bergantung padanya (Qs.7:159; Qs.21:108; Qs.25:2; Qs.34:29), dan oleh karena itu membunuhnya adalah sama dengan membunuh seluruh umat manusia dan menyelamatkan jiwanya berarti sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia.
Sehubungan dengan hal tersebut selanjutnya Allah Ta’ala berfirman mengenai ketetapan hukuman bagi orang-orang yang mendustakan dan menentang para Rasul Allah yang diutus kepada mereka -- khususnya bagi Bani Israil -- firman-Nya:

Oleh sebab itu Kami me­netapkan bagi Bani Israil bahwa barangsiapa yang membunuh se­seorang, padahal orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah mengadakan kerusuhan di bumi, maka seolah-olah ia mem­bunuh seluruh manusia. Dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang maka ia seolah-olah menghidupkan seluruh manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda nyata, kemudian sesungguhnya kebanyak­an dari mereka sesudah itu melampaui batas di bumi ini. Sesungguhnya balasan bagi orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan berdaya­-upaya mengadakan kerusakan di bumi ini ialah mereka dibunuh atau disalib atau pun dipotong tangan dan kaki mereka disebabkan oleh permusuhan mereka, atau mereka diusir dari negeri. Hal demikian adalah penghinaan bagi mereka di dunia ini, dan di akhirat pun mereka akan mendapat azab yang ­besar. Kecuali mereka yang bertaubat sebelum kamu berkuasa atas mereka, maka ketahuilah bahwa Allah Maha Peng­ampun, Maha Penyayang. (Al-Maidah [5]:32-35).

Empat Kategori Hukuman Bagi Bani Israil

Islam tidak ragu-ragu mengambil tindakan-tindakan yang paling keras bila kepentingan negara atau masyarakat luas menghendaki demikian untuk membongkar sampai ke akar-akarnya suatu kejahatan yang berbahaya. Islam menolak tenggang-rasa palsu yang berdasar emosi khayali, namun pada waktu menjatuhkan hukuman atas pelanggaran yang mengganggu ketertiban umum, Islam menggunakan akal dan pertim bangan-pertimbangan yang sehat. Hukuman yang ditetapkan di sini terdiri atas empat kategori yakni:
“mereka (1) dibunuh atau (2) disalib atau pun (3) dipotong tangan dan kaki mereka disebabkan oleh permusuhan mereka, atau (4) mereka diusir dari negeri. Hal demikian adalah penghinaan bagi mereka di dunia ini, dan di akhirat pun mereka akan mendapat azab yang ­besar.”
Bentuk hukuman yang dijatuhkan dalam suatu perkara tertentu akan bergantung pada suasana dan lingkungan. Memberikan atau menjatuhkan hukuman adalah menjadi wewenang pemerintah dan bukan wewenang perseorangan. Kata-kata diusir dari negeri menurut Imam Abu Hanifah, berarti dipenjarakan.
Ayat ini dan ayat sebelumnya tidak mengisyaratkan kepada perampok­-perampok dan penyamun-penyamun biasa melainkan kepada pemberontak­-pemberontak dan penjahat-penjahat yang menyerang negara Islam, sebagaimana jelas dari kata-kata “yang memerangi Allah dan Rasul-Nya”. Kesimpulan demikian selanjutnya ditunjang oleh kenyataan bahwa ayat ini menjanjikan pengampunan kepada pelanggar-pelanggar hukum apabila mereka bertaubat.
Tetapi nyata bahwa mereka yang berbuat jahat terhadap perseorangan-­perseorangan atau terhadap masyarakat -- seperti perampok-perampok dan pencuri-pencuri -- dalam keadaan biasa tidak bisa diampuni oleh negara, sekalipun mereka bertaubat. Mereka harus mengalami hukuman karena perbuatan jahat mereka sesuai dengan ketentuan hukum.
Sudah barang tentu taubat dapat menjamin mendapat ampunan dari Allah Ta’ala, tetapi kekuasaan negara dalam hal ini terbatas. Akan tetapi penjahat-penjahat politik bisa dimaafkan (diampuni) oleh negara jika mereka bertaubat dan berhenti dari kegiatan-kegiatan memberontak dan berhenti dari aktivitas-aktivitas lainnya yang mengganggu kebijaksanaan negara.
Kembali kepada firman Allah Ta’ala sebelum ini tentang ketetapan hukuman Allah Ta’ala bagi Bani Israil:
“Oleh sebab itu Kami me­netapkan bagi Bani Israil bahwa barangsiapa yang membunuh se­seorang, padahal orang itu tidak pernah membunuh orang lain atau telah mengadakan kerusuhan di bumi, maka seolah-olah ia mem­bunuh seluruh manusia. Dan barangsiapa menyelamatkan nyawa seseorang maka ia seolah-olah menghidupkan seluruh manusia. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda nyata, kemudian sesungguhnya kebanyak­an dari mereka sesudah itu melampaui batas di bumi ini.” (Al-Maaidah [5]:33).
Yang dimaksud dengan “seseorang” dalam ayat tersebut bukanlah “orang biasa” melainkan “orang yang sangat penting”, sebab dengan jelas dikatakan bahwa barangsiapa membunuhnya atau pun menyelamatkan nyawanya seakan-akan ia telah membunuh atau telah “menyelamatkan nyawa seluruh umat manusia.
Kenyataan bahwa “seseorang” tersebut adalah seseorang yang sangat penting, diperkuat oleh pernyataan Allah Ta’ala selanjutnya tentang perbuatan buruk yang dilakukan oleh Bani Israil terhadap para Rasul Allah yang dibangkitkan di kalangan mereka sendiri:
“Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan Tanda-tanda nyata, kemudian sesungguhnya kebanyak­an dari mereka sesudah itu melampaui batas di bumi ini.” (Al-Maaidah [5]:33). Lihat pula Qs.2:88-92.


Dua Azab Besar Bagi Bani Israil

Berikut adalah dua azab dahsyat yang telah ditakdirkan Allah Ta’ala menimpa Bani Israil akibat kedurhakaan mereka yang berulang kali kepada Allah Ta’ala dan para Rasul Allah, firman-Nya:
"Hai, keturunan orang-­orang yang Kami naikkan ke dalam bahtera beserta Nuh! Sesungguhnya ia (Nuh) seorang hamba yang banyak bersyukur. Dan Kami telah tetapkan kepada Bani Israil dalam kitab itu. "Niscaya kamu akan melakukan kerusakan di bumi dua kali, dan niscaya kamu akan menyombong­kan diri dengan kesombongan yang sangat besar." (Bani Israil [17]:4-5).
Mengenai dua azab tersebut Allah Ta’ala berfirman:
Maka apabila datang peringatan pertama dari kedua [peringatan] itu, Kami bangkitkan untuk menghadapimu hamba-hamba Kami yang mem­punyai kekuatan tempur yang dahsyat, maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu suatu peringatan yang pasti akan terjadi. (Bani Israil [17]:6).
Berikut firman-Nya tentang azab yang pertama:
Maka apabila datang peringatan pertama dari kedua [peringatan] itu, Kami bangkitkan untuk menghadapimu hamba-hamba Kami yang mem­punyai kekuatan tempur yang dahsyat, maka mereka menerobos jauh ke dalam rumah-rumah, dan itu suatu peringatan yang pasti akan terjadi. (Bani Israil [17]:6).
Mengenai azab yang kedua Dia berfirman:
Jika kamu berbuat ihsan [maka] kamu berbuat ihsan bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat buruk maka itu untuk dirimu sen­diri. Maka bila datang peringatan kedua itu, supaya mereka mendatangkan keburukan kepada pemimpin­-pemimpin kamu; dan supaya mereka memasuki masjid seperti mereka me­masukinya pada yang pertama kali, dan supaya mereka menghancur-­luluhkan segala yang telah mereka kuasai. (Bani Israil [17]:8).
Menurut Allah Ta’ala, pada hakikatnya kedua azab besar yang ditakdirkan menimpa Bani Israil tersebut akibat kutukan Nabi Daud a.s. dan kutukan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s., firman-Nya:
Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dikutuk oleh lisan Daud dan Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka tidak saling mencegah dari kemurkaran yang dikerjakan mereka. Sungguh amat buruklah apa yang biasa mereka kerjakan. Engkau akan melihat kebanyakan dari mereka menjadikan orang-orang yang kafir sebagai penolong. Benar-benar amat buruklah apa yang telah mereka kirimkan terlebih dulu bagi diri mereka, sehingga Allah murka kepada mereka dan di dalam azab inilah mereka akan kekal. (Al-Maaidah [5]:79-81).

(Bersambung)
Rujukan: The Holy Quran, editor Malik Ghulam Farid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar